BENARKAH NABI ISA DISALIB

BENARKAH NABI ISA DISALIB?

Judul asli: Was Christ really Crucified?

John Gilchrist

All Rights Reserved


PENDAHULUAN

Alkitab adalah suatu landasan di mana banyak palu telah dipatahkan, namun musuh-musuhnya tidak pernah letih dalam berupa untuk menjejakinya. Ahmed Deedat dari Islamic Propagation Centre (pusat Pe­ngembangan Islam) di Durban (Kota di Afrika Selatan) tidak begitu berhasil dengan buku sakunya "Apakah Kristus disalibkan?". Walaupun akhirnya lebih dari se­ratus ribu copy yang disebarluaskan, tetapi dari pada meninggalkan usahanya ini dia malahan telah menerbit­kan satu serangan baru atas iman Kristen dalam bentuk buku sakunya berjudul Penyaliban atau Khayalan ! ,

Tema keseluruhan dari publikasi ini Kristus adalah seorang yang berjiwa dan berperangai lemah yang telah merencanakan suatu perebutan kekuasaan yang gagaI di Yerusalem dan yang secara kebetulan saja selamat dari salib. Pendapat ini tidak memiliki dasar di dalam Alkitab dan bertentangan dengan Al Quran yang mengajarkan babwa Yesus tidak pemah disalibkan (Surat An-Nisa 4:157). Hal itu hanya disebarluaskan oleh aliran sesat Ahmadiah di Pakistan yang telah ditetapkan sebagai aliran bidat yang kecil non Islam. Hanya Deedat sendiri yang tahu mengapa dia terus mendukung masalah dari aliran sesat yang tidak dipercayai dan mengapa dia menyokong suatu teori yang bertentangan dengan Kekristenan dan Islam.

Dalam buku kecil ini kita akan mengetengahkan satu pembuktian kesalahan atas publikasi Deedat dengan memusatkan perhatian langsung pada pokok permasalahannya tanpa memusingkan diri dengan pel­bagai alasan dalam risalahnya di mana tidak menyentuh persoalan sebenarnya atau menulisnya hanya secara retoris..

ADAKAH YESUS MERENCANAKAN KUDETA ?

Deedat terus-menerus menggunakan satu tema di bagian pertama dari bukunya seolah-olah Yesus telah merencanakan satu kudeta selama minggu terakhirnya di Yerusalem yang akhirnya digagalkan. Di bawah judul "suatu kudeta yang gagal dia berkata "...Keinginannya yang terdalam tidak terwujud. Seluruh upayanya me­nguap bagaikan petasan"(Deedat, Crucifixion or Cruci­fiction?, hal. 10). Tentulah hal ini mengherankan orang Kristen dan Muslim dalam' mendengar argumentasi baru, disusun pertama hampir 20 abad sesudah peris­tiwa itu. bahwa Yesus sedang merencanakan satu ku­deta politik. Satu hal yang selalu dihindari Yesus adaJah keterlibatannya dalam kegiatan politik, dizamannya Ia menolak untuk ditarik dalam",! perdebatan. atas untung rugi membayar pajak pada penjajah Roma (Lykas 20:19­26), menghindari masa di saat mereka ingin mengangkat Dia menjadi seorang pmimpin politik (Yohanes 6:15), dan selalu mengajarkan murid-murid-Nya agar tidak menjadi serupa dengan mereka yang menginginkan ke­kuasaan politik (Lukas 22:25-27).

Umat Yahudi telah melakukan segala upaya untuk meyakinkan Pilatus, Gubernur RQmawi bahwa Yesus ketika itu sedang menganjurkan satu pemberontakan melawan Kaisar (Lukas 23:2) bahkan Deedat dalam suatu kesempatan ia tidak sadar dipaksa mcngakui bahwa tuduhannya ini "semuanya adalah palsu belaka" (hal 27). Mcrupakan arti yang sangat besar mendapati Deedat, sendiri mengakui "bahwa Yesus tidak kelihatan sseperti seorang Zealot, 'Seorang penghasut politik, se­orang subversif, seorang terorisl" (hal 27) dan selanjut­nya ia berkat dalam bukunya:

KerajaanNya adatah kerajaan rohani, seorang pemimpin untuk membebaskan bangsanya dari dosa dan adat istiadat. (Deedat, Crucifixion, or Crucifiction? , hal. +7).

Oleh sebab itu lebih mengherankan lagi karena di dalam bukunya ditemukan upayanya untuk membukti­kan bahwa Yesus sungguh-sungguh merencanakan suatu kudeta politik untuk membebaskan umat Yahudi dari penjajahan. Komentarnya dalam halaman 27 dari buku tersebut tanpa disadari telah menghantamnya sen­diri. Dia mengakui babwa Yesus tidak merencanakan suatu revolusi.

Teori itu, bagaimanapun tidak masuk akal sebagai­mana nampak dari sebuah analisa dari beberapa argumentasi Deedat dan kita akan menjelaskannya secara singkat untuk membuktikan masalahnya. Kita mulai dengan pendapatnya terhadap pernyataan Yesus se­belum Dia ditangkap supaya murid-murid-Nya yang belum mempunyai pedang agar menjual jubahnya dan membeli pedang (Lukas 22:36). Ia menafsirkan hal ini dengan arti bahwa Yesus memanggil mereka untuk mempersenjatai dan mempersiapkan diri melakukan satu "jihad", satu perang suci. Apabila mengikuti per­nyataan Yesus ini adalah sangat penting. Murid-murid Nya berkata:

"Tuhan, ini dua pedang". JawabNya: "Sudah,cukup".

Lukas 22:38 '

Dua pedang saja tidak akan "cukup" untuk memulai satu revolusi dan maksud Yesus dengan "sudab cukup" ialah kesalahpahaman mereka dari apayang Yesus sedang sampaikan. Oleh karena ia sedang berupaya untuk meyakinkan sidang pembacanya bahwa Yesus sedang merencanakan suatu kudeta, maka ia berkeras hati mengatakan bahwa dua bilah pedang sudah cukup untuk menghancurkan seluruh hirarki Yahudi di Israel dan segera sesudah itu melawan penjajahan Romawi. Seperti yang bisa dikira, argumentasinya ini merupakan rayuan saja. Ia beranjak pada khayalan dengan meng­usulkan bahwa murid-murid Yesus "dipersenjatai de­ngan tongkat dan batu" (bal 13) seperti masa yang berdemonstrasi. Dalam Alkitab tidak ada yang menunjang pandangan ini. Pandangan ini diangkat oleh Deedat sepenuhnya untuk mencoba dan mengurangi penyim­pangan yang aneh bahwa Yesus akan menganggap dua pedang cukup untuk mengadakan suatu pemberontakan besar! Di tempat lain Deedat berkata:

Murid-murid Yesus selalu salah memamahami Dia (Deedat, hal. 23)

Kata "selalu" ditulis dalam huruf tebal dalam kutipan bukunya. Sekali lagi Deedat dengan tidak disadarinya telah berlawanan dengan dirinya sendiri, jika Yesus ber­maksud bahwa murid-murid-Nya harus mempersenjatai diri sepenuhnya seperti usulan Deedat,' barulah murid-­murid-Nya memahami Dia dengan benar,' karena itulah yang dia jadikan dengan pernyataannya. Tetapi dia benar, dengan mengatakan bahwa murid-murid-nya sering salah memahami Dia baik di sini maupun, pada kesempatan lainnya. Kita perlu mengkaji apa yang dikemukakan Yesus sesudah mengatakan bahwa mereka seharusnya membeli pedang dan untuk memahami masalah ini lebih baik. Dia berkata:

Sebab itu Aku berkata kepada kamu, bahwa nas kita suci ini harus digenapi pada-Ku, Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang diganapi (Lukas 22:37)

Ayat ini dikutipnya dari Yesaya 53, satu pasal yang berisi nubuatan. yang ditulis kurang lebib 700 tahun sebelumnya di mana nabi Yesaya melihat penderitaan Juru Selamat mewakili umatNya dan Dia menjadikan diriNya sebagai korban untuk dosa (Yesaya 53:10). Isi dan bunyi ayat yang Yesus kutip demikian:

"Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terbitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak." Yesaya 53:12.

Yesus dengan gamblang menyatakan bahwa nubuatan ini digenapi dalam diri-Nya dan artinya sudah sangat jelas. Dia akan menyerahkan nyawaNya ke dalam maut" pada esok hari di atas kayu salib dan akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak" (Dia disalibkan di antara dua penjahat- Lukas 23:33). Namun Dia akan "menanggung dosa banyak orang", Dia menjadi tebusan bagi segala dosa dunia di atas kayu salib dan akan "berdoa untuk pemberontak-pemberontak" (Dia mendoakan para pembunuh-Nya dari atas kayu salib ­Lukas 23:34). Karena pekerjaan yang mulia ini maka Allah akan memberkati Dia "sesudah kesusahan jiwanya dan ia akan melihat terang dan menjadi puas" (Yesaya 53:11) dan akan mengaruniakan kepada-Nya kenikmatan kemenangan-Nya, suatu nubuatan yang sangat jelas tentang kebangkitan-Nya.

Deedat menganggap sepi seluruh pernyataan Yesus karena bertentangan dengan tujuannya, tetapi sangat jelas bahwa Yesus saat itu sedang mengantisipasi penyaliban, kematian dan kebangkitanNya sebagai Juru Selamat dunia dan bukan merencanakan suatu kudeta seperti seorang yang mulai dengan satu tugasnya. Saat-­saat yang akan segera berlangsung itu akan memisah­kan Yesus dari murid-murid-Nya dan nasihat-Nya .untuk membeli pundi-pundi, tas dan pedang adalah satu hal yang biasa dalam memberikan usul kepada mereka agar bersiap-siap untuk mencari nafkah sendiri setelah Dia pergi.

Adapun inti dari tema Deedat tentang satu upaya kudeta yang gagal adalah masuknya Yesus ke YerusaJem seminggu lebih awal di antara kerumunan murid-murid­-Nya yang menyambut Dia sebagai Mesias merupakan unjuk rasa ke Yerusalem. Ia menggunakan kata-kata yang tepat saat ia berkata:

Iring-iringan ke Yerusalem telah digagalkan. (ha.21).

Di bawah judul iring-iringan ke Yerusalem Deedat mengetahui bahwa Yesus dengan sengaja memasuki kota mengendarai seekor keledai. Tentu saja keledai bukanlah kendaraan yang disenangi untuk digunakan dalam sesuatu kudeta. Yesus memilih kendaraan ini karena keledai melambangkan kedamaian dan ke­patuhan dan Ia hendak menunjukkan kepada Yerusalem ketika itu Ia sedang datang dalam kedamaian dan sedang menggenapi janji Allah ini sesuai dengan nubuatan beberapa abad lalu.

"Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, raja­mu datang kepadamu ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai, seekor keledai beban yang muda". (Zakharia 9:9)

Dia datang dalam kerendahan dan kedamaian di atas seekor binatang yang melambangkan tujuanya. "la akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa"(Zakharia' '9 10). Salah benar bila mengatakan ketika Yesus sedang melakukan satu iring-iringan; atau Dia sedang menghasut untuk pembalasan "pemberontakan bersenjata" seperti yang disebut masyarakat sekarang ini.

Deedat telah mengabaikan kenyataan bahwa men­jelang Yesus ditangkap pada saat itu pula murid-murid-­Nya berseru, "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" (Lukas 22:49). Seorang di antara mereka menyerang hamba Imam Besar dan memutus­kan telinganya, tapi Yesus langsung saja menegur murid-Nya itu dan menyembuhkan oranng yang terluka itu. Keseluruhan peristiwa ini menunjukkan bahwa Dia sama sekali tidak merencanakan suatu kudeta yang menghancurkan, melainkan sedang menyiapkan satu sikap kasih yang mengagumkan yang akan ditunjukkan-Nya kepada dunia melalui penderitaan dan kematian-Nya di atas kayu salib untuk dosa umat manusia. Dalam kitab yang sama kita dapat membaca sekali lagi akan janji Allah:

"..dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja." Zakharia 3:9.

Hari itu baru saja tiba dan Yesus saat itu sedang menyiapkan diri-Nya untuk "membuat penebusan yang kekal" (Ibrani 9:12). la datang menghapuskan dosa isi dunia pada hari Jumaat Agung yang sudah ditetapkan.

Sebab itu pendapat atau, teori yang mengatakan bahwa saat itu Yesus sedang merencanakan suatu ku­deta yang gagal adalah satu pengotoran yang kasar sekali atas martabat-Nya yang agung dan merupakan satu karikatur yang menggetarkan yang tidak diharapkan dari seseorang yang seharusnya percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya manusia yang terbesar di antara manusia yang pernah hidup.

Deedat belum pernah mengikuti latihan militer dan ketololannya di bidang ini nampak pada halaman 14 dari bukunya di mana ia mengatakan bahwa Yesus meng­ambil Petrus, Yakobus dan Yohanes bersama-Nya ke Taman Getsemani sebagai pertahanan dalam dan 8 orang lainnya, berjaga-jaga di pintu masuk. Bahkan de­ngan beraninya. ia mengusulkan bahwa cara ini merupakan satu siasat utama "yang akan memberikan kredit bagi setiap perwira tamatan Sandhust", yakni suatu Akademi Militef. di Inggris" (hal. 14). Seorang man­tan perwira di jajaran angkatan darat Inggris pernah memberikan keterangannya tentang pendapat ini dengan berkata kepada Saya bahwa ia tidak pernah men­dengar hal-hal seperti itu diajarka di Sandhurt! Deedat berkata tentang kedelapan murid yang ditinggalkan Yesus di pintu masuk itu demikian.

Dia menempatkan mereka secara strategi di pintu masuk ke dalam taman; dipersenjatai lengkap, sejauh keadaan memungkinkan (hal. 14)

Selanjutnya ia berkata bahwa Dia, mengambil Petrus, Yakobus dan Yohanes "orang Zealot yang bersemangat (semacam pemberontak Irlandia di jaman itu)" (Hal. 14), untuk menyiapkan pertahanan dalamnya. Ar­gumentasi ini goyah dalam analisa yang lebih rinci. Petrus, Yakobus dan Yohanes adalah nelayan-nelayan yang tenang dari Galilea (Yesus hanya mempunyai satu orang Zealot di antara murid-muridNya dan bukan ketiga orang ini - Lukas 6:15) dan mereka itu adalah lingkaran dekat di antara murid-murid-Nya sepanjang pelayanan­-Nya. Pada peristiwa di mana Yesus dimuliakan, murid-­murid yang sama ini saja yang naik ke atas gunung bersama Dia sedangkan murid-murid lainnya berbaur bersama orang banyak di bawah (Matius 17:1, 14 - 16). Demikian juga ketika Ia membangkitkan anak perem­puan Yairus dari kematian, Dia membawa ketiga murid yang sama ini pula ke dalam rumah (Lukas 8:51). Dia sering membawa ketiga murid ini, Petrus, Yakobus dan Yohanes daJam keyakinannya yang terdalam pada saat­saat penting dan ini menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus tidak merencanakan suatu pertahanan besar di Taman Getsemani ketika Ia membawa mereka bersama­nya di bagian dalam taman itu. Agaknya, Dia hanya men­cari persekutuan yang erat seperti pada kesempatan yang penting lainnya dan saat itu Ia hanya menginginkan persekutuan yang intim dari murid-murid-Nya yang ter­dekat. Kesemuanya ini menunjukkan kesimpulan yang benar bahwa tidak terdapat petunjuk dalam argumen itu yang mengatakan Yesus sedang merencanakan satu kudeta.

YESUS MENURUT KITAB DEEDAT

Satu hal yang paling aneh dalam buku Deedat ada­lah satu karikatur yang diutarakannya tentang Yesus Kris­tus. Sungguh aneh, karena umat Muslim seharusnya menghormati Yesus sebagai Mesias (Al Masih) dan se­bagai nabi yang terbesar di antara nabi-nabi Allah. Satu atau dua pernyataan dalam bukunya dapat dipandang sebagai serangan pada umat Kristen dan seharusnya sangat melukai umat Muslim yang sungguh-sungguh telah belajar menghormati Yesus sebagai seorang yang mulia dan besar. Tidaklah mengejutkan apabila buku Deedat ini pada satu ketika dinyatakan "tidak diinginkan" oleh Direktur Publications in South Afrika (Penerbitan di Afrika Selatan) (awal 1985). Dalam satu bagian ia berkata:

Yesus telah gagal mendengarkan peringatan orang Farisi untuk mengekang kegembiraan murid­murid-Nya yang sangat. berlebihan (Lukas 19:39). Ia telah "salah langkah". Sekarang Ia harus menanggung akibat kegagalanNya itu. (hal.10).

Pada halaman lainnya dia berkata bahwa "Yesus telah dua kali salah melangkah (HaI.19) karena Ia ber­pendapat bahwa Ia dapat bersandar pada murid-murid­-Nya untuk membela Dia, dan Ia akan berurusan dengan umat Yahudi saja. Sebagaimana dugaan-dugaan ter­sebut tidak cukup untuk niencemarkan Yesus, ia me­langkah lebih jauh dengan berkata tentang "sepak terjang Yesus yang tidak ada kepastian" dan memenuhi ukuran umpatannya dalam perkataannya:

Dapat dinyatakan dengan kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah "Pesuruh yang paling tidak ber­untung di antara pesuruh-pesuruh Allah". (Hal. 23).

Kami yakin bahkan seorang Muslimpun akan me­nemukan pernyataan seperti itu sebagai satu serangan pedas. Umat Kristen tidak ragu-ragu menganggap per­nyataan-pernyataan tersebut sebagai penghujatan. Namun bukanlah maksud kami mengungkapkan ke­marahan dengan emosional tetapi untuk menunjukkan betapa tololnya pendapat-pendapat Deedat tersebut.

Analisa yang sepintas sebelum Yesus disalibkan tidak akan menemukan petunjuk apapun yang me­nyatakan Yesus "telah salah langkah" at au pernah ber­tindak "dengan tidak ad a kepastian". Sebab yang dikatakan Yesus pada Malam terakhir bersama dengan murid-muridNya adalah satu kesadaran penuh akan segala sesuatu yang akan menimpa Dia dan kerelaan­-Nya untuk menghadapinya.

Ia tahu bahwa Yudas Iskariot akan menghianatiNya (Markus 14:18). Ia telah mengetahui ini sejak lama seper­ti yang nampak dalam Yohanes 6:64 dan juga Petrus akan menyangkali Dia tiga kali (Matius 26:34). Ia menubuat­kan bahwa Dia akan ditangkap dan murid-murid-Nya akan meninggalkan Dia (Markus 14:27). Kami tidak dapat menemukan dasar pernyataan Deedat bahwa Yesus mengharapkan murid-muridNya akan berjuang bagi-Nya dan Dia telah "salah perhitungan". Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa' Yesus telah mem­perhitungkan dengan tepat apa yang akan terjadi, sebab murid-murid-Nya telah melakukan semua dengan tepat apa yang Ia katakan lebih dahulu tentang mereka.

Pada Malam terakhir yakni saat Ia akan diambil dari mereka, (Yohanes 13:33, 14:3, 1,4:28, 16:5) Ia terus­-menerus mengingatkan mereka agar tidak bersusah hati atas penderitaan-Nya karena semua sejalan dengan yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu (Lukas 22:22). Pada saat bangsa Yahudi menangkap Dia, tanpa persiapan mempertahankan diri, Dia langsung menyerahkan diri. Kita baca:

Maka Yesus yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka, "Yesus dari Nazareth": Kata-Nya kepada mereka, "Akulah Dia". Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka." Yohanes 18:4-5

Yesus maju ke depan dengan mengetahui segala sesuatu yang akan menimpa Dia. Dia tahu bahwa se­bentar lagi Dia akan disalibkan dan dibunuh, tetapi pada hari yang ketiga Ia akan bangkit sesuai dengan yang dinubuatkan-Nya (Mati us 17:22-23, 20:19, Lukas 9:22, 18:31-33). Pada kenyataannya tidak perlu ada satu per­lawanan dengan bangsa Yahudi. Jika Yesus ingin meng­hindari penangkapan, satu-satunya yang perlu Ia lakukan adalah meninggalkan Yerusalem. Sebaliknya Dia pergi ke satu tempat yang diketahui-Nya bahwa Yudas Iskariot akan memimpin bangsa Yahudi untuk mencari-Nya (Yohanes 18:2) dan saat mereka tiba, Ia dengan sukarela menyerahkan diri kepada mereka.

Selanjutnya ia tidak membutuhkan upaya keberanian dari kesebelas murid-Nya untuk melindungi-Nya karena Dia sendiri telah menyaksikan, jika diinginkan Dia dapat memanggil duabelas pasukan malaikat untuk mem­bantu-Nya (Mati us 26 :53). Satu malaikat saja mampu membinasakan seluruh kota dan pasukan (2 Samuel 24:16,2 Raja-Raja 19:35) dan seseorang akan merasa ngeri membayangkan apa yang dapat dikerjakan oleh duabelas pasukan malaikat untuk melindungi-Nya,.

Sederhana saja, tidak ada dasar sama sekali dalam pendapat Deedat yang menyatakan Yesus sedang me­rencanakan dan menyusun suatu kudeta yang kemudian gagal karena salah perhitungan. Sebaliknya sungguh mengagumkan. Melihat bagaimana Dia mengetahui de­ngan tepat apa yang akan menimpa diri-Nya. Jauh dari seseorang yang "gagal" Ia menjadi orang yang paling sukses yang pernah hidup, satu-satunya yang pernah membangkitkan diri-Nya dari kematian kepada hidup yang kekal dan mulia. Muhammad gagal mengalahkan maut dan membawa hidupnya dalam kehampaan di Medina pada tahun 632 Masehi dan menggenggam dia sampai saat ini. Tetapi Yesus bagaimanapun berhasil di mana Muhammad gagal. Dia adalah "Yesus Kristus Juruselamat kita yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa melalui Injil" (II Timotius 1:10). Dia telah menang atas maut dan naik ke surga dimana Dia tinggal dan memerintah untuk selama-lamanya. Begitu tentang penghinaan Deedat dengan, mengatakan bahwa Dia sebagai seorang di an­tara pesuruh Allah yang "paling malang" Buktinya Ia adalah orang yang terbesar yang pernah hidup.

Sudah, jelas dan akan semakin jelas dalam pem­bahasan kita selanjutnya bahwa buku Deedat tidak lain adalah satu penyimpangan dari' Alkitab. Ia menyesatkan arti dari ayat ayat tersebut yang menurut hematnya dapat dikorbankan untuk menunjang maksudnya dan dengan mudahnya menghilangkan ayat-ayat yang menolak se­luruh pendapatnya.

ADAKAH YESUS MEMBELA DIRI DI PENGADILAN ?

Pada halaman 28 dari bukunya, Deedat berupaya melemahkan kebenaran laporan Injil mengenai penyaliban Yesus dengan menggugat satu nubuat dalam kitab Yesaya 53:7 yang menubuatkan bahwa dia tidak akan membuka mulutnya dalam membela diri di muka pengadilan, tetapi akan digiring ke salib "seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang meng­gunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya". Nubuat ini jelas sekali mengatakan bahwa sejak Yesus ditangkap Ia tidak membuka mulut untuk membela diri-Nya di depan para pendakwa-Nya. Seluruh argumentasi Deedat bergantung pada pemyataan-pemyataan ter­tentu yang dibuat Jesus sebagai upaya pembelaan ter hadap pendakwa-pendakwaNya.

Ia mencoba mempermainkan Yesus melalui pertanyaan apakah Yesus berbicara dengan "mulut tertutup" waktu Ia berkata pada Pilatus bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yohanes 18:36), pada waktu Ia memanggil salah satu pesuruh Imam Besar untuk memberi 'ke­saksian apakah ada sesuatu yang salah dalam ucapan-­ucapanNya, (Y ohanes 18:23) dan ketika Ia berdoa ke­pada Allah, jika mungkin, cawan penderitaan itu lalu dari pada-Nya (Matius 26:39).

Perlu sekali diluruskan bahwa tidak ada satupun dari pernyataan-pernyataan ini diungkapkan Yesus selama di pengadilan umum, di hadapan para Sanhedrin di rumah Kayafas. Imam Besar atau di depan Gubernur Romawi Pontius Pilatus. Pernyataan pertama yang dikemukakan pada Pilatus selama pembicaraan pribadi berlangsung di gedung pengadilan; dan yang kedua dikemukanNya di hadapan Hanas, mertua Kayafas, jadi bukan saat Dia diadili di depan Sanhedrin seperti yang diusulkan secara salah oleh Deedat (hal. 28). Pengadilan hanya terjadi sesudah peristiwa di rumah kayafas seperti yang dikemukakan Kitab-Kitab Injil (Yohanes 18:24, aHus" 26:57); d yang ketiga di Taman Getsemani sebelumYesus ditangkap. Bukti yang dikemukakan Deedat sama sekali tidak cocok dengan pokok masalah­nya dan tidak ada yang dapat dia buktikan. 'Apa yang menarik perhatian kita ialah apakah Yesus membela diri-Nya di hadapan Sanhedrin di rumab Kayafas atau pada sidang pengadilan di depan Pilatus? Tidak meng­b,erankan ji a kita temukan bahwa Oeedat terlalu me­Ilgabaikan apa yang dikemukakan dalam Injil tentang dua bentuk pengadilan resmi ini. Setelah mendangarkan bukti-bukti tuduhan kepada Yesus di hadapan San­hedin, Kayafaas menempatkan Yesus dalam posisi untuk diberi jawaban pendakwa-pendakwanya dan yang terjadi selanjutnya merupakan satu hal yang sangat penting:

"Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada­Nya, "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Eng­kau? tetapi Yesus tetap diam.1I Matius 26:62-63

Dia tidak membela diri, melainkan langsung memberikan kesaksian sebagai jawaban pertanyaan bahwa Dia sesungguhnya adalah Anak Allah. Kesaksian ini langsung membuat Sanhedrin menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Pokok penting di sini adalah dalam menanggapi pendakwa-pendakwa-Nya Yesus diam. De­mikian juga kita baca, ketika Pilatus menghujaninya de­ngan pertanyaan-pertanyaan, yang sama, hal yang sama­pun terjadi. Sesungguhnya Dia tidak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu dalam pembelaan diri-Nya.

"Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya; 'Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau? Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran." Matius 27:12-14

Deedat dengan cerdiknya menyembunyikan peris­tiwa-peristiwa yang mengatakan bahwa Yesus diam di hadapan Sanhedrin ketika dituduh oleh saksi-saksi dusta yang telah diajarkan tcrlebih dahulu maupun didakwa di hadapan Pilatus. Dia tidak memberi tanggapan apa­pun terhadap tuduhan yang dinyatakan kepada-Nya. Dalam kebiasaan yang sudah usang ini Deedat menyem­bunyikan peristiwa yang berkaitan langsung dengan sumber pokok yang ada dan sebaliknya ia menarik argu­mentasi dari lempat-tempat lain yang tidak sesuai de­ngan permasalahannya.

Juga sungguh menarik menemukan hal yang persis sama terjadi ketika Yesus muncul di hadapan Herodes, Raja bangsa Yahudi, sebelum dikembalikan kepada Pilatus.

"Ketika Herodes melibat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena sering mendengar tentang Dia, lagipula ia meng­harapkan melibat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. la mengajukan, banyak pertanyaan ke­pada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apa­pun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-­tuduhan yang berat terhadap Dia." Lukas 23:8-10

Sekali lagi, sewaktu Yesus dituduh, Ia tidak menjawab. Di setiap tempat, saat Ia diadili di hadapan San­hedrin, Herodes dan Pilatus, la sama sekali tidak mengatakan apa-apa dalam pembelaan-Nya dan dengan begitu menggenapi nubuat Yesaya bahwa Dia tidak akan membela diri-Nya pada pengadilan dengan tidak mem­buka mulut berbicara atas nama diri-Nya. Tidak satupun pernyataan yang dikutip Deedat dikemukakan saat Yesus sedang diadili dan dengan demikian argumen­tasinya yang satu ini runtuh sama sekali.

TEORI BAHWA YESUS DISELAMATKAN DARI SALIB

Kami tidak mengerti lagi mengapa Ahmed Deedat terus saja menyebarluaskan teori bahwa Yesus se­sungguhnya disalibkan tetapi kemudian turun hidup­-hidup dari salib tersebut. Keheranan" kami timbul dari dua sudut pandang. Di satu pihak, paham ini hanya dianut oleh sekte sesat Ahmadiah dalam Islam dan sudah ditolak oleh semua orang Kristen dan Muslim yang benar. Di pihak lain, paham ini telah disangkal berulang­-ulang, sedangkan Deedat terus saja menyebarkannya, dia tidak dapat memberi jawab atas setiap sanggahan terhadapnya.

Sebagai contoh, pada halaman 36 dan bukunya yang baru itu, ia mengatakan ketika kepala pasukan yang menjaga Yesus di kayu salib "melihat bahwa Yesus sudah mati" (Yohanes 19:33), ini berarti bahwa dia "mengira" Yesus sudah mati karena itu tidak perlu lagi membuktikan kematian-Nya. Dalam sanggahan terhadap buku sebelumnya "Adakah Kristus disalibkan?" dengan jelas saya paparkan bahwa penyelidikan kepala pasuk­an adalah bukti Yesus benar-benar telah mati. Kepala pasukab harus menegakkan di hadapan Gubernur Roma bahwa orang yang disalibkan itu sudah mati. Jika ia salah, maka hidupnya sendiri akan dijadikan tebusannya. Kita baca:

"Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf." Markus 15:44-45

Pilatus sebagai gubernur Roma tahu, apabila kepala pasukan telah menegaskan kematianNya. Berarti sudah pasti mati karena pada masa itu setiap serdadu yang membiarkan seorang tahanan melarikan diri akan ke­hilangan nyawanya sendiri sebagai akibatnya.

Beberapa waktu kemudian ketika rasul Petrus melarikan diri dari penjara, maka pengawal-pengawal yang ditugaskan menjaganya dihukum mati (Kisal1 Rasul 12:19). Lagi pula ketika seorang penjaga penjara lain yang mengira bahwa Paulus dan Silas telah melarikan diri dari tahanan, "... ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri" (Kisah Rasul16:27), sampai ia menemu­kan bahwa mereka tidak melarikan diri. Ia memilih mati lewat bunuh diri dari pada hukuman mati. Kematian adalah hukuman atas orang yang membiarkan seorang tahanan melarikan diri, kalau demikian "apa yang akan terjadi atas kepala pasukan apabila seseorang yang telah dihukum mati itu melarikan diri karena kelalaian atau kekeliruannya? Tidak ada orang lain selain kepala pasukan itu yang dapat menjadi saksi yang terpercaya tentang kematian Yesus di kayu salib !

Walaupun sebuah sanggahan tegas atas kesimpul­an Deedat bahwa para pasukan hanya menduga akan kematian Yesus telah dipaparkan, Deedat terus saja menyebarkan alasan tua yang serupa itu. Dia dengan gampang saja mengabaikan bukti nyata yang me­nentang teorinya itu dan malahan. mengembangkannya. Pengacara yang bodoh yang mengulangi argumentasi­-argumentasi semula sesudah argumentasi sudah di­buktikan kesalahannya.

Kepala pasukan merupakan bukti yang pasti yang mengatakan Yesus telah mati, tetapi seorang di antara serdadu itu menusukkan tombak di lambung-Nya satu tindakan yang diperhitungkan untuk meyakinkan ke­matian-Nya. Salah satu cara yang lazim dari bangsa Romawi untuk membunuh menusukan pedang di lam­bungnya. Cara ini juga yang sesungguhnya dilakukan para pasukan itu pada Yesus dan seandainya dia berada dalam kondisi sehat sempurna, dia pasti tidak akan luput dari sebuah tusukan tombak itu. Walaupun demikian Deedat masih saja dengan kotor menjelaskan bahwa pukulan yang mematikan ini "datang sebagai keselamatan" bagi Yesus yang membantu meluputkan Yesus dengan jalan "mengatur peredaran darahnya" se­hingga dapat "normal kembali" (Hal. 39). Para pembaca yang paling mudah ditipu sekalipun tidak akan percaya pada kebohongan seperti itu bahwa pukulan yang mematikan, sebuah tusukan tombak, ke tubuhnya akan membantu menyelamatkan nyawanya ! apabila seseorang terpaksa mempercayai kemustahilan itu, maka jelaslah argumentasi itu tidak berdasar sama sekali.

Satu kemustahilan yang sama dipaparkan pada sidang pembaca di beberapa halaman kitab De dat, di mana ia membicarakan satu peristiwa Maria Magdalena, datang mengurapi tubuh Yesus tidak lama sesudah penyalibannya.

Dalam tiga hari, tubuh akan meragi dari dalam, sel-sel tubuh mulai rusak dan membusuk. Jika seseorang menggosok tubuh yang sedang hancur itu, maka tubuh itu akan tercerai-berai.,(hal. 44).

Pendapat ini juga merupakan satu omongan kosong lepas dari pengertian ilmiah. Yesus mati pada hari Jumat sore dan itu berarti tinggal sehari dan dua malam kemudian, seperti diakui Deedat pada halaman yang sama, di mana Maria Magdalena datang mengurapi tubuh-Nya. Tidak ada mayat yang akan tercerai-berai dalam jangka waktu yang singkat seperti itu. Dengan huruf tebal Deedat menambahkan bahwa Maria datang sendirian ke kuburan dengan maksud untuk me­nyembuhkan Yesus, sedangkan dalam kitab Matius 28:J dan Lukas 24:10 kita temui bahwasannya dia ditemani oleh dua wanita lain yakni Yohana dan Maria ibu Yakobus dan mereka hanya membawa rempah-rempah yang sudah disiapkan bagi penguburan menurut adat istiadat orang Yahudi. Pandangan Deedat sama sekali tidak ber­dasar. Penyaliban dan kebangkitan Yesus adalah bukti sejarah dan pendapat bahwa Yesus diselamatkan dari salib dan disembuhkan adalah satu-satunya khayalan belaka dari Deedat.

Kami tidak mengusulkan menelusurin masalah peng­gulingan batu kubur, apakah Yesus berupaya untuk me­nyatakan pada murid-muridNya bahwa Dia belum mati atau inti dari tanda nabi Yunus. Walaupun semua ma­salah ini dibicarakan dalam kitab Deedat, jawabannya yang dalam telah kami utarakan dalam buku kedua dari seri ini yang berjudul "Arti Tanda Nabi YiInus yang sesungguhnya" (What Indeed was the Sign of Jonah?).

Argumentasi lain yang diulangi lagi oleh Deedat yang sudah sering dibantah adalah usulannya yang me­ngatakan bahwa Yesus enggan mati. Dalam sanggahan saya sebelumnya terhadp bukunya menyangkut masalah penyaliban, telah saya paparkan dengan jelas bahwa Yesus hanya segan ditinggalkan oleh Bapa-Nya dan dibuang di tengah-tengah arus dosa dan kefasikan manusia yang berdosa. Ketakutan itu memuncak di Taman Getsemani yakni pada malam sebelum Yesus disalibkan di mana saatnya sudah tiba bagi-Nya untuk diserahkan di tangan orang berdosa (Matius 26:45). Sekiranya Dia memang enggan mati, rasa takut ini hanya akan memuncak saat Ia mcnghadapi salib keesokan barinya, tetapi setelah Ia dikuatkan malaikat yang melayani Dia (Lukas 22:43) "Ia menghadapi kematian itu dengan ketabahan yang luar bisaa. Dengan tenang Ia maju ke depan, dengan menyadari segala sesuatu yang akan menimpa diri-Nya, sebagaimana yang telah kita lihat. Dia telah melangkah tepat pada sebuah jalur yang Ia tahu menuju pada penyaliban dan kematian-Nya.

Dengan tenang Dia menerima semua penderitaan yang dijatuhkan atas-Nya pada hari berikutnya dan tanpa rasa takut atau bantahan Ia memberikan dirinya untuk disalibkan. Ketika Ia. digiring keluar Yerusalem Ia lebih banyak menumpahkan perhatian-Nya kepada wanita­-wanita di kota itu dan anak-anak mereka dari pada diri­-Nya. (Lukas 23:28) dan di atas salib. Dia hanya, memperdulikan mereka yang ada di sekeliling-Nya dan bukan untuk diri-Nya sendiri (Yohanes 19:26-27). Sesungguhnya dari pada menemukan babwa Dia enggan untuk mati, kita temui dalam tulisan Injil bahwa Dia mengarahkan pandangan-Nya pada salib dan walaupun Ia mempunyai banyak kesempatan untuk menghindarinya, Dia tidak memanfaatkannya tetapi berjalan terus, ditetapkan menebus umat manusia dari dosa-dosa mereka. .

Masih ada lagi argumentasi Deedat yang tidak berarti. Kita temui dia dalam keraguannya pada tempat lain ketika ia berkata:

"Karena Allah yang Maha tinggi itu sekali-kali tidak akan menginjinkan "Yang diurapi-Nya" (Kristus) di­bunuh (Ulangan 18:20, bal. 15)

Usulan Allah tidak mengijinkan yang diurapiNya di bunuh tidak ada dasar sama sekali, karena ada nubuat khusus dalam nubuatan nabi Daniel bahwa "yang telah diurapi akan disingkirkan" (Danie 19:26). Suatu kenyataan pemakaian istilah "Mesias" dalam ayat ini bahwa bangsa Yahudi menamakan Juruselamat dunia yang sudah dinantikan itu "Mesias". Dan jelas sekali dalam ayat ini bahwa Mesias akan disingkirkan, suatu nubuat yang jelas tentang penyaliban dan kematian Yesus.'

Kita sesungguhnya telah digugah dengan kutipan Deedat dari Ulangan 18:20, sehubungan dengan datang­nya "yang, diurapi::, "Kristus"'. Mesias yakni Yesus itu. Dalam bukunya yang berjudul "Apa kata Alkitab tentang Muhammad" dengan susah payah ia membuktikan bahwa seorang nabi yang akan datang dalam Ulangan 18 menunjuk pada Muhammad, walaupun kami telah berkali-kali membuktikan bahwa itu adalah persiapan bagi kedatangan Mesias yang namaNya Yesus. Al Quran sendiri berkata bahwa banya Mesias, satu-satunya yang diurapi, Al-Masib adalah Yesus (Surat Ali Imran 3:45). Sebab -itu sangatlah penting menemukan Deedat yang sedang membuat satu kesalahan dari sekian kesalahan­nya. Dan pengakuan dalam kutipan di atas dari bukunya bahwa sesungguhnya nubuat itu ditujukan pada Yesus dan bukan pada Muhammad.

Barangkali argumentasi yang paling kabur dari keseluruhan kitab Deedat adalah pandangannya bahwa setelah Allah mendengar doa Yesus di Taman Get­semani, telah mengirimkan malaikat-Nya untuk menguat­kan, dia "dengan pengharapan Allah akan menyelamatkannya" (Hal. 35). la melanjutkan argumen­tasi dan menjelaskan bahwa Allah secara khusus telah menaruh di dalam pikiran para prajurit bahwa. Yesus sesungguhnya telah mati di salib dan berkata ini merupakan "langkah berikut dalam rencana penyelamatan Allah" (Hal. 36). Argumentasi setelah jam­-jam dari penghinaan, aniaya, pencmpatan mahkota duri di kepalanya, dipaksa memikul sadib, disalibkan, menyerah dalam ketidaksadaran pada hembusah nafas terakhir sesudah waktu-waktu sengsara yang tak ter­lukiskan. Dan sesudah menderita tusukan tombak; maka Allah secara mengherankan mengambil langkah untuk menyelamatkan dia dengan membodohi pikiran setiap orang dan mengira bahwa Yesus telah mati saat ia sedang dalam keadaan koma.

Orang pasti akan mendapatkan kesulitan untuk menemukan setiap perkembangan buah pikiran dalam garis pemahaman ini. Seandainya memang kehendak Allah untuk "menyelamatkan" Yesus, tentu Allah menyingkirkannya secepat mungkin, sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang Muslim. Kalau begitu penghiburan dan kekuatan apa yang dapat diberikan malaikat kepada-Nya, jika pertolongan Allah akan di­nyatakan sesudah jam-jam penderitaan yang mengerikan dan penganiayaan sampai "pada titik ke­matian di kayu salib?

Pertama, rasa sakit dan penderitaan seperti itu tidak akan diperlukan dan kelepasan dari Allah akan terjadi sesudah penundaan sedih itu Kedua, tentunya tidak akan ada penghiburan untuk Yesus bila mengetahui bahwa Dia menghadapi kengerian penyaliban dan baru akan dibebaskan pada saat-saat kematian. Selanjutnya, sekiranya Yesus diturunkan hidup-hidup dari salib karena Ia telah begitu dekat dengan kematian, sampai orang mengira la telah mati,. kita tidak dapat melihat bagaimana Allah "menyelamatkan" Dia, bahkan kapan Allah mulai turun tangan. Ini tidak lebih dari sebuah kecelakaan akibat suaiu khayalan.

Seluruh argumentasi itu jelas dipaksakan menen­tang perkembangan logis peristiwa-peristiwa dalam kitab-kitab Injil. Kebenaran dari semua masalah ini adalah Yesus secara jasmaniah berada pada titik kehancuran dalam penderitaan yang luar biasa karena dosa. Baru saja la sampaikan pada murid-murid-Nya, "hatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya" (Markus 14:34). Allah mendengar doa Yesus dan malaikat menguatkanNya untuk meneruskan dan menahan penderitaan salib dan kematian. Dengan demikian mcnggenapkan pekerjaanNya menebus orang berdosa dari dosa, kematian dan neraka.

Menyelamatkan Yesus dari kematian pada detik-­detik kematian-Nya setelah penderitaan yang berjam­-jam di atas kayu salib akan menjadi satu kelepasan yang tidak berarti dan mengenai waktu disertai oleh satu periode penyembuhan dari pcnderitaan yang panjang dan siksaan yang mengerikan. Menyelamatkan Dia dari kematian dengan membangkitkan Dia dalam kemuliaan dan kesehatan yang sempurna adalah masuk akal, logis dan pada kenyataannya merupakan laporan asli dari Alkitab tentang penyaliban.

Kami lanjutkan dengan argumentasi Deedat bahwa Yesus menyamar sesudah diselamatkan dari salib agar Dia tidak dikenali orang dan menyebutkan ini sebagai "satu topeng yang sempurna!" (Hal. 49). Ia menyarankan, ketika Yesus menemui dua orang murid-Nya di jalan ke Emaus pada saat Ia keluar dari kubur (Lukas 24: 15), Dia menyembunyikan jati dirinya dan baru membukakan diri ketika Ia memecahkan roti di depan mereka dan ke­mudian Ia menghilang. Ini merupakan isapan jempol dan satu upaya untuk menodai peristiwa dalam Alkitab yang jauh lebih dramatis. Sangat penting untuk mcngutip apa yang sebenarnya terjadi:

"Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia, me­ngambil roti, mengucap berkat, lalu memecah­-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika ilu terbukalah mata mereka dan 'merekapun mcngenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain "Bukankah hati kita berkobar­-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada Kita?" Lukas 24:30-32

Drama ini berlangsung dengan cepa. Tiba-tiba mata mereka terbuka dan Ia lenyap dari pandangan mereka. Jika kita teliti dengan seksama ayat-ayat ini ini kita dapat melihat apa yang sesungguhnya telah terjadi ketika mereka mengenali Yesus.

Allah menyatakan bahwa sesudah kebangkitan­-Nya, tubuh-Nya mengenakan tubuh baru yang akan dipakai oleh semua orang percaya di surga kelak. Ia sanggup mengatasi semua keterbatasan duniawi dan dapat menyatakan diri dan lenyap sebagai mana di­kehendaki-Nya. Dia dapat dengan tiba-tiba muncul di ruang yang terkunci (Yohanes 20: 19) dan dapat me­nyembunyikan dan menyatakan diri sesuai dengan kehendak-Nya. ­

Di sini jelas, bukanlah Yesus yang menanggalkan satu "penyamaran". Dengan tegas ayat-ayat ini berkata: "mata mereka terbuka". Tiba-tiba mereka dapat melihat siapa Dia sebenarnya. Demikian juga kita baca bahwa Yesus yang bangkit, dalam tubuhnya yang keka, tidak hanya sanggup membukakan mata manusia untuk melihat jati diri-Nya yang sesungguhnya, tetapi juga dapat membuka pikiran mereka untuk mengerti arti dari Firman Allah yang kelihatan (Lukas 24:45).

Sama seperti dengan tiba-tiba la nampak di dalam ruangan (Lukas 24:36), demikian juga Ia dapat meng­hilang sekejap dari pandangan mereka. Sifat dramatis dari kisah dalam Lukas 24 ini tidak dapat diterangkan dengan cara yang dapat di terima akal. Inti dari seluruh pasal ini adalah kebangkitan Yesus dari antara orang mati (Lukas 24:46) dan iniIah peristiwa yang luar biasa menjadikan peristiwa itu sangat dramatis.

Seluruh inti tema kisah-kisah yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil adalah penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus. Diperlukan permainan kata yang cerdik untuk menentangnya. Satu contoh usulan Deedat bahwa Yesus diletakan dalam sebuah "ruangan besar dan lapang" (hal. 79). Semua kitab Injil menyanggah hal ini dan mengatakan itu adalah sebuah kubur yang digali di Bukit Batu oleh Yusuf dari Arimatea sebagai kuburannya. Dalam Matius 27:60 kita baca bahwa Yusuf mengambil mayat Yesus dan "membaringkannya di dalam kubur yang baru" (demikian juga dalam Markus 15:46, Lukas 23:53). Dalam Yohanes 19:41-42 dua kali dikatakan Yesus diletakan di dalam sebuah kubur dan sesuai dengan tata cara penguburan bangsa Yahudi. Upaya Deedat untuk mengecilkan kutipan-kutipan dari penguburan ini ke dalam spekulasinya sendiri bahwa Yesus ditempatkan di dalam satu "ruang besar dan lapang" agar la dapat "dipulihkan" adalah hanya pem­buktian sendiri dan sama sekali tidak berdasar.

Akhirnya kita akan mempertimbangkan empat per­nyataannya pada halaman 50 dari bukunya, dimana ia menekankan banyak orang menyaksikan pada hari kebangkitan itu bahwa Dia sesungguhnya hidup. Tulisan itu ditulis dengan huruf besar, digarisbawahi, dan di­sertai dengan tanda seru pada setiap kasus. Pokok-­pokok ini menjadi satu argumentasi untuk mendukung pendapatnya bahwa Yesus tidak mati di kayu salib tetapi tetap hidup. Kita heran atas alasan-alasan yang demikian karena pokok kebangkitan dari orang mati, seperti yang dilaporkan dalam kitab-kitab Injil, adalah satu kenyataan bahwa Yesus dibangkitkan hidup dari kematian. Kalau begitu apa sebenarnya yang hendak dibuktikan Deedat? Kesaksian-kesaksian Yesus hidup adalah inti dari seluruh iman Kristen bahwa sesungguhnya Yesus telah bangkit dari kematian sesudah dibunuh di atas kayu salib.

Dalam kutipannya dati Lukas 24:4-5 Deedat hanya mengutip kata-kata malaikat pada Maria dan wanita lain­nya, "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati?" Ia dengan sadar menghilangkan kata-kata berikut ini:

"Ia tidak ada di sini Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada, kamu, ketika. Ia masih di Galilea yaitu bahwa Anak Manusia harus,di­serahkan ke tangan orang-orang berdosa dan di­salibkan dan akan bangkit pada hari yang ketiga".

Lukas 24:6-7

Dalam kata-kata ini kita temui dengan je1as para malaikat sedang membicarakan tentang Yesus yang sudah disalibkan dan bangkit pada hari ketiga. Dengan jelas mereka memberitakan bahwa Dia hidup karena Dia telah bangkit dari kematian. Sama seperti yang diberitakan oleh saudara-saudara di Yerusalem kepada murid- urid dari Emaus:

"Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon;. Lukas 24:34.

Jadi kesatuan dari seluruh kesaksian adalah Yesus hidup karena Dia sungguh sungguh bangkit. "Ia. telah bangkit" (Markus 16:6) adalah satu kesaksian 'yang menyeluruh di kala itu.. la.telah hidup dari kematian dan telah mengalahkan semua kuasa maut. Dia telah men­jadikan hal itu mungkin, bagi manusia untuk dibangkitkan bersama dengan Dia kepada kehidupan baru (Roma 6:4) dan bangkit bersama Dia, pada hidup kekal dalam kemenangan atas maut dan dosa (IKorintus 15:55-57). Sesungguhnya la telah menggenapi pernyataan-Nya sendiri:

"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa per­caya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." Yohanes 11:25.

Seluruh argumentasi Deedat merupakan satu gambaran yang menyedihkan dari peristiwa mulia yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil. Sanggahan kita yang singkat atas argumetasinya yang mengatakan Yesus turun hidup-hidup dari salib dan dengan cara tertentu Ia dipulihkan membuktikan secara meyakinkan bahwa apa yang dikemukakannya hanyalah isapan jempol belaka. Argumentasi-argumentasi yang salah arah yang di­kemukakannya mengantar kita kepada satu kesimpulan bahwa; ia telah gagal membuktikan teorinya "penyaliban khayal" arena dia bertolak dari satu sumber "yang tidak patut!"

PERNYATAAN YANG MENYAKITKAN

Salah satu hal yang selalu berulang-ulang meng­ganggu saya yaitu ketika setiap kali membaca buku-buku Deedat ialah kecenderungannya yang tak terkendalikan untuk membuat satu pernyataan pedas tanpa pemikiran yang baik dan wibawa di luar pri­kemanusiaan dan kewibawaan. Nampaknya ia menjual ketidaktahuan kaum Muslim atas AJkitab dengan harapan para pembacanya akan menerima begitu saja semua yang dikemukakannya. Dia tentunya tidak dapat berupaya meyakinkan.. pembaca Kristen yang mengerti Alkitabnya dengan betul dan yang hanya dapat menggelengkan kepala dengan pendapat-pendapat­nya. Kita mulai dengan apa yang dikemukakan dalam bukunya:

Dari "panggilan untuk dipersenjatai" di ruang atas dan penempatan kekuatan yang terencana baik di Taman Getsemani dan doa yang sampai men­cucurkan keringat darah kepada Allah untuk memohon pertolongan, menunjukkan babwa Ye­sus tidak tahu apa-apa tentang perjanjian untuk penyalibannya." (hal. 16).

Pernyataan terakhir, nampaknya Yesus sama sekali tidak mengetahui tentang penyaliban-Nya, merupakan satu pendapat keliru yang diutarakan dalam tantangan terbuka atas bukti-bukti yang banyak ke arah kebalikan­nya. Berulang kali Yesus berkata kepada murid-murid-­Nya bahwa Dia akan disalibkan, dibunuh dan bangkit kembali pada hari ketiga dalam pernyataan-pernyataan­Nya seperti berikut ini:

"Anak Manusia harus menanggung banyak pen­deritaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan di­bangkitkan pada hari ketiga". Lukas 9:22.

"Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Ma­nusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-abli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati". Matius 20:18-19.

Saat Dia dibangkitkan dari orang mati sebagai­mana mestinya, Dia menegur murid-murid-Nya karena ketidakpercayaan mereka atas segala sesuatu yang telah disampaikan-Nya kepada mereka seperti nubuat-­nubuat yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelum­nya bahwa Dia akan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Lukas 24:25-26,46). Pada banyak kesempatan lain Dia meluruskan bahwa hal ini merupakan ren­cana keseluruhan atas kedatangan-Nya di bumi ini. Ia berkata kepada mereka bahwa Ia datang untuk menyerahkan nyawaNya sebagai tebusan bagi orang banyak (Matius 20:28), bahwa tubuh ini akan dihancur­kan dan darah-Nya akan dicurahkah untuk pengampunan; dosa mereka (Matius 26:26-28), bahwa" Dia akan menyerahkan nyawa-Nya agar dunia ini dapat hidup (Yohanes 6:51), dan bahwa Dia berkuasa menyerahkan hidup-Nya dan berkuasa mengambilnya kembali (Yohanes 10:18). Sungguh mustahil untuk mengatakan bahwa Yesus sama sekali tidak mengetahui tentang penantian penyalibanNya. Sebaliknya, waktu Dia meng­hadapi puncak peristiwa ini dalam hidupNya, sebagai Juruselamat dunia, Dia akah menebus umat manusia dan meratakan jalan bagi banyak orang untuk masuk dalam hidup yang kekal, Ia berseru "untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini" (Yohanes 12:27). Dengan demikian Dia begitu sadar akan puncak yang sangat penting yang telah menantikanNya bahwa Dia dengan tegas meng­hadapinya sebagai "saatKu" (Yohanes 2:4) dan "waktuKu" (Yohanes 7:6). Tentang tidak ada manusia menjadi lebih benar seperti dikatakan "saatnya telah tiba, manusia telah datang". Saat keselamatan dunia ini telah tiba dan Allah telah mengutus satu-satunya orang yang dapat mencapainya yakni Yesus Kristus.

Deedat membuat satu pernyataan tidak cocok yang sama, ketika ia berkata bahwa julukan "Anak Allah dalam Alkitab adalah satu ungkapan yang tak berbahaya dalam teologi Yahudi" (Hal.25). Sebaliknya, sama halnya de­ngan umat Muslim yang memegang teguh keesaan yang tidak merelakan ada kemungkinan bagi Allah untuk mempunyai Anak, demikian juga umat Yahudi di zaman itu dan sampai saat ini menolak pemikiran demikian. Pada waktu Imam Besar bertanya kepada Yesus apakah Engkau Anak Allah? Jawab Yesus: "Akulah Dia" Mar us 14:62. Seandainya hal ini merupakan "ungkapan yang tidak berbahaya" seperti yang dikatakan Deedat, maka Imam Besar itu tentunya akan membuat pengecualian terhadap hal tersebut, namun sebaliknya dia langsung berseru "ia menghujat Allah" (Mati us. 26:65). Ketika Yesus diperhadapkan di hadapan Pilatus, bangsa Yahudi berseru:

"Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya se­bagai Anak Allah". Yohanes 19:7

Umat Muslim dewasa ini berupaya menghindarkan diri dari pokok masalah ini dan menduga keras bahwa umat Kristen telah menjadikan nabi Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi umat Yahudi tidak dapat mempersalahkan pengikut-pengikut-Nya ketika Yesus sendiri membuat pengakuan ini di hadapan mereka. "Ia menganggap diri­-Nya sebagai' Anak Allah" teriak rnereka dan inilah sebab mereka menghukum Yesus karena dianggap telah menghujat. Melalui kebangkitanNya, Allah telah mem­berikan jaminan kepada seluruh umat manusia bahwa Yesus sesungguhnya adalah Anak Tunggal-Nya seperti yang "sudah dinyatakanNya (Roma 1:4).

Deedat membuat satu pernyataan aneh yang sama, ia mengatakan bahwa "setiap sarjana Kristen akan mem­benarkan" kitab-kitab Injil hanya ditulis beberapa abad sesudah zaman Yesus. Semua sarjana Alkitab yang baik umumnya telah menerima bahwa Injil Sinoptis (Matius, Markus dan Lukas) semuanya ditulis sekitar tahun 55 ­66 Masehi (kurang dari 30 tahun sesudah kebangkitan Yesus) dan Injil Yohanes ditulis pada tahun 70 Masehi. Hanya para sarjana yang penuh prasangka yang dapat mengusulkan sesuatu yang lain bahkan para pengkritik yang paling tajam sekalipun telah menerima waktu­waktu penulisan tersebut. Bagaimana mungkin kitab­kitab Injil ditulis berabad-abad . kemudian sedangkan salinan-salinan naskah dari tahun 120 Masehi masih ada dan' kutipan-kutipan dari kitab-kitab Injil ditemui pada tulisan-tulisan orang Kristen mula-mula dalam generasi yang langSung melaDjutkan zaman para rasul?

Deedat tel membuat satu pernyataan yang paling tidak menguntungkan waktu ia berkata bahwa "Keselamatan dalam Kekfistenan adalah murahan" (hal. 61). Kami juga meragukan apakah kaum Muslim a an menganggap kerelaan Abraham mengorbankan anaknya kepada Allah sebagai korban "murahan". Pasti­lah tidak ada sesuatu yang "murahan" dalam kesediaan Allah memberikan AnakNya sendiri sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Alkitab dengan jelas berkata, "sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar" suatu harga yang luar biasa! dan rasul hanya dapat ber­bicara dalam batas "karunia Allah yang tak dapat diungkapkan" (n Koritus 9:15). Tidak ada cara yang dapat menghitung harga yang telah dibayar bagi penyelamatan umat manusia dari dosa, kematian dan neraka. Keselamatan dalam kekristenan adalah harga yang paling mahal yang pernah dilihat dunia yakni hidup dari Anak Allah yang kekal. Dalam cara sama juga tidak ada seorangpun yang dapat menggapai keselamatan ini kecuali dia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah di dalam iman kepada Anak-Nya dan menyerahkan seluruh kepribadian dan wataknya di bawah kehendak­-Nya.

Akhimya dalam salah satu bentuk penalarannya yang biasanya tidak tepat, Deedat berpendapat bahwa kisah tentang penampakan Yesus kepada seorang murid-Nya yang penuh keraguan yang bernama Tomas, seperti yang tertulis dalam Yohanes 20:24-29 adalah "suatu pemalsuan Injil yang sangat menyolok" (Hal. 31) dan memiliki kecerobohan untuk' mengatakan lebih lanjut:

Sarjana-sarjana Alkitab sedang menuju pada satu kesimpulan bahwa gambaran tentang "Tomas yang ragu" adalah dalam bentuk serupa dengan seorang wanita "yang tertangkap basah" (Yohanes 8:1-11), sebagai contoh sebuah pemalsuan! (hal. 76).

Di sini yang sangat penting adalah Deedat tidak menjelaskan kepada kita siapa saja mereka yang di­sebut "Sarjana-sarjana Alkitab" itu. Tidak terdapat satu guntingan dari bukti yang mendukung pendapat bahwa kisah ketidakmauan Tomas mempercayai Kristus yang bangkit itu sampai ia melihat sendiri dan pernyataannya setelah sungguh melihat bahwa Dia adalah Tuhan dan Allahnya adalah "pemalsuan". Kisah ini ditemui pada semua naskah mula-mula yang masih dapat kita temui tanpa banyak perbedaan. Dengan demikian bukti-bukti ini menunjukkan keaslian naskah-naskah tersebut tanpa perlu dipersoaIkan lagi. Sama sekali tidak ada yang menguatkan spekulasi yang mengatakan bahwa kisah ini telah dibuat -buat.

Deedat nampaknya mendasarkan pendapatnya atas kesimpulan bahwa Yesus tidak dipakukan di kayu salib melainkan hanya diikat dengan tali saja. Ia mem­buat lagi satu pernyataan ngawur dengan mengatakan "bertentangan dengan yang sudah lazim bahwa Yesus tidak dipakukan di kayu salib (HaI.31). Penemuan­-penemuan purbakala di tanah Paiestina telah menegas­kan bahwa bangsa Roma menyalibkan korban-­korbannya dengan memakukan mereka di atas salib masing-masing (baru-baru ini ditemukan satu rangka dengan paku pada kedua kaki). Selanjutnya sudah merupakan kesaksian nubuat-nubuat pada umumnya dan dalam sejarah penyaliban Yesus bahwa Dia dipakukan di salib-Nya (Mazmur 22:16 Yohanes 20:25, Kolose 2:14). Argumentasi Deedat tidak saja bertentang­an dengan pengakuannya tetapi bertentangan dengan Alkitab, bertentangan dengan temuan-temuan sejarah yang dapat dipercaya, bertentangan dengan temuan-­temuan purbakaIa, bertentangan dengan bukti-bukti dan yang paling sering bertentangan dengan akal sehal. Sesungguhnya ia tidak dapat menunjukkan setitik sekalipun atau secarik bukti untuk menunjang pendapat­nya bahwa Yesus diikat dengan tali di kayu salib. Sebaliknya memaksakan prasangka yang dangkal dalam menycrang catatan sejarah yang jernih bahwa Yesus dipakukan disalib. Dan sekali lagi tanpa suatu bukti bahwa catatan sejarah ini merupakan satu "pe­malsuan".

Jika terdapat manfaat dalam serangan Deedat atas laporan Alkitab tentang penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, maka tidak perlu memakai pendapat-pendapat yang aneh-aneh semacam itu seperti yang telah kita telaah di atas. Kesemuanya itu menunjukkan satu keputusasaan dalam kritiknya saat ia berjuang menentang hambatan-bambatan untuk memo buktikan pendapat yang tak dapat dipertahankan.

KEBENARAN INJIL YANG SENGAJA DIHILANGKAN

Setelab segalanya dipaparkan maka tidak lagi mengherankan para pembaca untuk menemukan Deedat dengan sengaja menghilangkan kata-kata dalam Alkitab yang tidak menunjang tujuannya. Pada hari sesudah penyaliban Kristus, imam-imam kepala meng­hadap Pilatus dalam Matius 27:62-64 di mana kita temui permintaan mereka agar kubur itu disegel. Hal ini muncul dalam buku Deedat sebagai berikut:

"Tuan, kami ingat bahwa penipu itu berkata Karena itu, perintabkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga,... sehingga penyesatan yang 'TERAKHIR akan lebih buruk akibatnya dari yang PERTAMA".(hal.42)

Dalam kutipan orang akan menemukan tiga titik lemah, seolah-olah sesuatu telah dihilangkan karena tidak begitu penting atau tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Argumentasi Deedat adalah bangsa Yahudi tiba-tiba menjadi sadar bahwa Yesus mungkin saja masih hidup dan mereka boleh jadi sudah "tertipu" (Hal. 42). Mereka menghadap Pilatus memohonnya. untuk memeteraikan kubur itu agar dia tidak dapat lolos dan dipulihkan. Namun demikian, menurut Deedat, mereka terlambat satu hari dan kesalahan mereka "terak­hir" adalah menginjinkan beberapa murid Yesus "untuk menolong orang yang terluka" (Hal. 43). Apa yang sesungguhnya terjadi di sini ialah Deedat harus berusaha keras menghapus dua pokok dalam kutipan yang dimaksud, bukan karena dianggap tidak penting, tetapi hal itu justru menolak argumentasi­ argumentasinya sepenuhnya dan mengharuskan pem­baca menemukan satu gambaran yang seluruhnya ber­beda dari apa yang sudah dikemukakan. Kami barus memaparkan seluruh kutipan sebagaimana yang ada dalam terjemahan baru dan semua kata-kata yang dihilangkan oleh Deedat dan yang diganti dengan titik­ titik kami ketengahkan dengan garis bawah. Seluruh bagian tersebut berbunyi demikian:

"Tuan, kami ingat bagaimana si penyesat itu berkata pada waktu hidup-Nya : "Sesudah tiga hari Aku akan bangkit". Karena itu perintahkanlah untuk menjaga makam itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya datang untuk mencuri Dia lalu berkata kepada rakyat Ia telah bangkit dari antara orang mati dan penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari yang pertama. Matius 27:62-64

Dengan cepat darat kita pahami bahwa bangsa Yahudi tidak percaya semenitpun Yesus telah turun hidup-hidup dari kayu salib. Mereka menghadap Pilatus menyampaikan sesuatu yang pernah dikatakan Yesus semasa Ia masih hidup. Kata-kata ini hanya dapat di­terjemahkan yang artinya menurut pandangan mereka Yesus telah mati. Dan mereka memohon agar Pilatus memeteraikan kubur itu, bukan karena mereka takut akan orang yang dilukai itu berangsur sembuh, tetapi mereka takut akan murid-murid-Nya yang akan mencuri mayat-Nya dan memproklamirkan bahwa Dia telah bangkit dari maut. lnilah arti yang jelas dan sesunggtlh­nya dari ayat ini.

Jelaslah sudah mengapa Deedat menghilangkan bagian-bagian ayat yang digaris bawahi karena bagian-bagian itu tidak membuktikan seluruh pendapatnya. Kenyataannya telah kita temui dia secara teratur menggunakan cara yang berliku-liku ini dalam buku-­bukunya yang menyerang iman Kristen. Dia mengubah Firman Tuhan (Alkitab) dengan mengeluarkan beberapa bagian dari konteksnya yang mungkin dapat dikorbankan dan disesatkan demi menunjang tujuannya dan melalaikan bagian lain yang sepenuhnya melawan pendapat-pendapatnya. Hanya menyangkut kasus ini ia telah melakukan satu bagian, mempermainkan beberapa kata untuk mencoba dan membuktikan pikiran orang Yahudi bahwa Yesus masih hidup dan meng­hilangkan bagian lainnya yang langsung menunjukkan haI ini tidak ada dalam pikiran mereka.

Sesungguhnya, setiap orang Muslim yang saleh dapat memahami bahwa seluruh ulasan dalam bukunya tentang penyaliban Yesus merupakan satu pemutarbalikan kebenaran dan dia telah dengan terus-menerus menyesatkan pernyataan-pernyataan yang jelas dalam kitab-kitab Injil yang menyaksikan secara jelas akan fakta penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus Kris­tus.

Perlu kami tambahkan bahwa ini bukanlah untuk pertama kali yang kami temui pada terbitan-terbitan keluaran Pusat Deedat (Deedat Center) di mana kutip­an-kutipan dari tulisan-tulisan lainnya juga disele­wengkan. Kami sarankan kepada segenap pembaca untuk memperlakukan kutipan-kutipan itu di mana kata-kata dihapus dan diganti dengan tiga titik dengan sangat, hati-hati. Tanpa kecuali semua yang tinggal telah dibelit-­belitkan ke dalam satu hasil penafsiran bahwa seluruh kutipan tidak mungkin berhasil.

Bangsa Yahudi telah mengingat nubuat Yesus bahwa Dia akan dibangkitkan dari kematian sesudah tiga hari dan mereka bermaksud untuk menghalangi setiap kemungkinan digenapinya nubuat ini apakah melalui kebangkitanNya atau melalui tindakan murid-­murid-Nya. Tidak ada jaminan atas pernyataan Deedat "bangsa Y ahudi meragukan kematiariNya" dan mereka "menduga Dia telah melarikan diri dari kematian di atas salib" (Hal. 79). Kata-kata yang dihilangkannya dari kutipan pada halaman 42 dari bukunya dengan jelas sekali menunjukkan mereka cukup puas bahwa dia benar mati, tetapi yang tidak mereka inginkan ialah murid-muridNya mengklaim bahwa Dia telah dibangkit­kan dan hidup kembali.

Umat Kristen tidak merasa terganggu dengan analisa yang kritis dan yang serius atas Alkitab dan keyakinan mereka. Sebenarnya kita menyambut mereka dengan wajar karena mereka menantang kita untuk lebih meyakini apa yang kita imani dan tidak ada orang Kristen yang sejati mau mempercayai hal-hal yang tidak tahap terhadap analisa yang kritis. Tetapi kita sungguh merasa terhina terhadap penerbitan seperti Crucifixion or Crudcifiction (Penyaliban atau khayalan) Deedat yang tidak memberikan manfaat apa-apa selain menyesatkan dan mengubah bukti-bukti iman kita dan untuk menyakiti perasaan kita. Kami juga yakin bahwa semua orang Mus­lim akan merasakan hal yang sama terhadap setiap terbitan orang Kristen yang menyimpang dari Iman Islam sama seperti apa yang dikerjakan Deedat menurunkan derajat iman Kristen.

Kami sungguh dihiburkan oleh banyaknya kaum Muslim di Afrika Selatan yang telah menyatakan ke­tidaksetujuannya terhadap terbitan-terbitan seperti itu. Sebuab majalah Muslim setempat baru-baru ini memuat yang menyangkut cara-cara Deedat:

Seperti sudah diketahui dengan baik di seluruh Afrika Selatan Bahkan di kalangan umat Kristen Injili, bahwa sejauh ini adanya keresahan yang tim­bul secara khusus akibat ulah Tuan Ahmed Deedat, maka masyarakat Muslim di Afrika Seiatan secara keseluruhan dengan menyatikan tidak sependapat dengan cara-caranya dalam menyebar­an Islam. Majalah Muslim, sendiri telah memberi­kan beberapa contoh kesaksian yang telah ditegas­kan berturut-turut dalam upaya menolak cara-cara tertentu yang tidak terarah dari penyebara agama Islam gaya gaya tuan Deedat, khususnya di kalangan umat Kristen, Tidak lebih dan tidak kurang tuan Deedat telah dinyatakan bersalah oleh Majelis Ulama Islam yang bertanggungjawab dan atas nama pribadi masing-masing terhadap cara dia menyebarkan agama Islam yang telah mengakibat­kan banyak kesulitan yang ditujukan pada kaum Muslimin, (The Muslim' Digest, Jul/Aug/Sepe: ' 1984).

kita harus mengakhiri dengan satu tanggapan singkat terhadap argumentasi Deedat. Jika dapat dibuktikan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, berarti membukti­kan Ia tidak pernah disalibkan!' Dalam terbitan kami terdahulu telab dikemukakan bahw a argumelltasi dungu yang timbul dari keadaan sulit 'karena beban yang dipikulnya sendiri dari pendapatnya Yesus selamat dari salib. Karena Al Our'an dengan jujur menyatakan bahwa Yesus "tidak disalibkan dan juga tidak dibunuh" (Surat An-Nisa' 4:157) dan; banyaknya umat Muslim di seluruh dunia yang memegang ayat ini (menurut pandangan kami) untuk mengartikan Yesus tidak pernah disalibkan. Saya pernah. menyelenggarakan satu simposium de­ngan Deedat di Benoni dengan pokok pembicaraan "Adakah Kristus disalibkan?" pada tahun, 1975. Surat kabar setempat menyimpulkan argumentasinya, dengan sangat tepat mengatakan "Dia disalibkan, tetapi tidak mati ia menyanggah". Sebagaimana ada banyak kaum Muslimin yang sungguh-sungguh telah memahami bahwa seluruh pendapatnya bukan saja merendahkan apa yang dikemukakan Alkitab tetapi juga merendahkan apa yang dikatakan Al Qur'an tentang penyaliban, dia sekarang sedang berupaya untuk melapaskan diri dari bahaya. "

Selanjutnya ia berargumentasi bahwa "menyalib­kan" berarti "membunuh di atas salib" dan mengemuka­kan jika seseorang selamat dari salib berarti ia tidak pemah disalibkan. Ia menunjukkan dalam bahasa Inggris "membunuh deng listrik (to electrocute)" arti­nya membunuh dengan arus listrik dan "menggantung (to hang) diri" berarti membunuh dengan menggantung dan menyatakan ia tidak dapat dipersalahkan karena kekurangan bahasa Inggris yang tidak memiliki kata lain untuk usaha penyaliban, pembunuhan dengan arus listrik atau penggantungan yang gaga1.

Dengan mengemukakan ini sebenarnya ia telah jauh, dari permasalahan. Kisah penyaliban dalam Alkitab asli yang ditulis dalam bahasa Yunani dan berjalan terus lebih dari seribu tahun sampai diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Pokok yang penting di sini bukanlah apa artinya "menyalibkan” menurut pengertian Deedat dalam bahasa Inggris, tetapi apa artinya dalam bahasa Yunani saat kitab-kitab ditulis untuk pertama kalinya. Satu kutipan, saja sudah cukup, menunjukan bahwa "menyalibkan" dalam masa Alkitab berarti "menyulakan di atas salib". Rasul Petrus bersaksi pada sekumpulan umat Yahudi:

"Dia (Yesus ini) yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya;' telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka". Kisah Rasul 2:23.

Ayat itu dapat dibaca dengan jelas, "telah kamu salibkan dan kamu bunuh" yang berarti "Kamu telah menyulakannya di atas salib dan di sanalah kamu mem­bunuh Dia". Sebab itu adalah mustahil untuk me­ngatakan jika seseorang tidak sungguh dibunuh di atas salib, ini berarti ia tidak pernah disalibkan. Seandainya "menyalibkan" hanya berarti membunuh di atas kayu salib,' maka Petrus cukup mengatakan "telah kamu salib­kan", tetapi dia menambahkan "dan bunuh", maksudnya Petrus dengan sederhana ingin menegaskan "menyalib­kan" berarti "menyulakan di atas salib". Deedat tetap tinggal dalam posisi yang sulit dengan menganjurkan Yesus memang sungguh. disalibkan tetapi, tidak mati, suatu anjuran yang menjijikan bagi orang Kristen dan juga.Muslimin."

Seserang pasti mengalami kesulitan mengikuti jalan pendekatan Deedat. Nampaknya ia berpikir jika ia membuktikan Yesus tidak mati di atas salib, maka ini membuktikan Al Our'an itu benar karena men­gatakan Dia tidak dibunuh oleh bangsa Yahudi. Tapi bagaimana mungkin pendapat ini dapat bertahan sedangkan semua argumentasi yang perlu malah men­gakui hal lain yang dibantah Al Our'an tentang penyaliban Yesus yang sebenarnya? Nampaknya tidak aya satupun argumentasinya yang dapat diterima akal sehat.

BAHAN KAJIAN

Setelab anda mempelajari kitab buku ini dengan seksama anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai bagian dari pelajaran anda.

  1. Tuliskan tiga contoh kehidupan Yesus yang membuktikan bahwa Dia tidak terlibat dalam masa­lah potitik

  2. Yesus berkaata kepada murid-murid-Nya "Sudah cukup" sewaktu mereka berkata, "Tuhan, ini dua pedang" (Lukas 22:38). Apakah yang Yesus maksudkan ?

  3. Mengapa Yesus memilih menunggang keledai memasuki Yerusalem yang penuh kemenangan itu ?

  4. Nabi Zakharia dalam Perjanjian Lama ,menubuat­kan bahwa Tuhan akan menghapuskan kesalahan negeri itu dalam satu hari saja (Zakharia 3:9). Bagai­mana naskah nubuat ini digenapi ?

  5. Uraikan tiga kenyataan yang diketahui Yes,us, ten­tang penyalibanNya di petang hari sebelum itu ter­jadi: (a) dengan Yudas si penghianat, (b) dengan Petrus (c) dengan semua murid-muridNya.

  6. Baca1ah Matius 17:22-23.Apakah yang dinubuatkan Yesus dalam kedua ayat ini mcngenai. hal-hal yang akan menimpa diri-Nya ?

  7. Bagaimanakah Pilatus tahu bahwa Yesus sudah mati ?

  8. Bagaimanakah nubuatan nabi Danicl digenapi. se­perti yang dikatakannya akan disingkilkan seorang yang telah diurapi padahal tidak ada salahnya apa-apa" (Daniel 9:26).

  9. Jelaskanlah tempat penguburan Yesus sebagai­mana yang diuraikan dalam ke empat Injil

  10. Baca1ah Lukas 24:4-7. Bukti-bukti apa saja yang dikemukakan malaekat tentang Yesus dalam ayat­ ayat ?

  11. Apakah harga keselamatan dalam iman Kristen ?

  12. Baca1ah Matius. 27:62-64. Apakah yang diketahui oleh kaum Yahudi tentang Yesus seperti yang diungkapkan dalam ayat-ayat ini ? .

Tekan di sini untuk kirim jawaban Anda lewat email atau alamatkan surat Anda kepada:


The Good Way
P.O. BOX 66
CH-8486 Rikon
Switzerland

www.the-good-way.com/id/contact/