Table of Contents
Islam, sebagai Agama Pilihan Allah, adalah agama yang ditetapkan oleh Allah untuk penyembah-penyembah-Nya.
Tetapi ada banyak agama yang lain. Apakah di antara agama-agama itu ada sesuatu yang lebih baik daripada Islam?
Dan jika itu ada, bagaimana pendapat anda tentang apa yang disampaikan Allah berikut ini: Sesungguhnya agama (yang diterima) oleh Allah adalah Islam!
A.G. MAROCCO
Di dalam bukunya, Roh Agama Islam, seorang sarjana mahsyur Alif Tabbara memberikan penjelasan mengenai kata Al-Islam yang berasal dari ”salima” yang artinya:
Kelepasan dan kebebasan dari kesalahan-kesalahan baik secara terbuka ataupun tersembunyi
Rekonsiliasi dan keselamatan
Ketaatan dan penyerahan
(Roh Agama Islam, halaman 17).
Untuk arti rohaninya, dia tidak hanya membatasi dirinya pada agama yang diproklamirkan oleh Muhammad, putra dari Abdullah tetapi meliputi setiap agama yang menyatakan dan menegaskan kesatuan Allah. Al Qur’an sendiri memberikan kesaksian terhadap kebenaran ini, yang dibuktikan melalui perkataan, ”Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik” (Surat 3: Ali Imran (Keluarga ’Imran 67).
Sebagaimana diketahui oleh setiap orang, Abraham hidup ribuan tahun sebelum Era Muslim. Namun demikian, Al Qur’an menyebut dia sebagai seorang Muslim, karena dia percaya bahwa Allah adalah esa.
Sesungguhnyalah, di dalam eksposisi atau penjelasan ter-hadap Imran 67 oleh Jalaleyn kita membaca: ”Abraham men- jauh dari semua agama yang lain untuk memeluk iman yang benar (Muslim) yang percaya pada keesaan Allah, karena dia bukan penyembah berhala (Orang-orang yang menambahkan ilah-ilah pada Allah).
Dalam hal yang sama, teks Al Qur’an menunjukkan bahwa kata ”Islam” berlaku untuk orang-orang Yahudi, sebagai petunjuk atau terang dari Taurat. Kita membaca pernyataan ini: ”Sesung-guhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka” (Surat 5, Al Maa-Idah (Hidangan). Tafsiran Jalaleyn terhadap kata ”Aslamtoo” dalam hubungannya dengan ini berarti tunduk pada tuntunan atau pimpinan Allah.
Ini berlaku juga bagi orang-orang Kristen sebagaimana dibuktikan oleh Aql Qur’an yang berkata: ”Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: ”Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (mene-gakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ”Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri” (Surat 3, Ali Imran 52).
Rasul-rasul atau sahabat-sahabat yang dimaksud di sini adalah dua belas murid Kristus yang mengikut Dia pada permu-laan pelayanan-Nya, yang adalah sebelum era Muhammad bebe-rapa abad yang lalu. Bahkan Al Qur’an menyebut mereka ”Muslim” (tunduk, berserah diri).
”Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (Surat 42, Al-Syura 13).
Islam selanjutnya, berdasarkan ayat ini adalah percaya kepada Musa dan Yesus (Isa) sementara menghormati Taurat dan Injil. Di bagian lain Al Qur’an menunjukkan pujian kepada orang-orang agama Abraham, Musa, dan Yesus, yang adalah agama dari Taurat dan Injil bersama-sama. Pernyataan ini dapat kita baca sebagaimana dikemukakan:
”Katakanlah (hai orang-orang mu’min): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Yakuq dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan ’Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Surat 2, Al Baqarah 136).
”Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmat (Pemahaman agama) dan kenabian. Jika orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah” (Surat 6 Al An’aam 89-90).
”Kamilah penolong-penolong agama Allah, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir (tidak percaya), maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Surat 61. Ash Shaff 14).
Inti utama dari ayat-ayat ini adalah bahwa Al Qur’an mengakui orang-orang Yahudi pengikut Musa dan kemudian orang-orang yang percaya di dalam Kristus, menyebut mereka orang-orang ”Muslim”. Ayat-ayat ini memberitahukan kepada Muhammad untuk dituntun oleh pengalaman-pengalaman mere-ka, dan menasehati dia untuk bertanya kepada mereka bagaima-na menyingkirkan keragu-raguan keagamaan yang ada, sebagai-mana dikemukakan dalam ayat berikut ini:
”Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu” (Surat 10, Yunus 94).
Sahabat Yang Baik, Anda sudah salah memahami Al Qur’an dengan menga-takan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang dipilih Allah, anda melupakan bahwa Al Qur’an sendiri mengakui dan menghormati Injil ketika menyatakan:
”Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Ba-rangsiapa tidak memutuskan perkara menutut apa yang ditu-runkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” (Surat 5, Al Maa-idah 47).
”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepa-da Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya , serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir (tidak percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” (Surat 4, An Nissa 136).
Barangkali dua teks terakhir akan mendorong anda untuk memikirkan kembali pandangan anda terhadap agama Allah di dalam Injil; karena keduanya mengajak anda untuk mengikuti petunjuk-petunjuknya, yang pada puncaknya adalah percaya di dalam Yesus Kristus yang berkata:
”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoha-nes 14:6).
”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”(Yohanes 11:26).
”Tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Matius 11:28).
Sudah pasti bahwa tidak ada agama yang lebih mulia dari agama yang mengalir dari Injil Allah yang kekasih. Kekhususan nya adalah bukan dengan menurunkan perkataan-perkataan tetapi melalui mengutus Pribadi Illahi, yang pada saat yang tepat, menjadi inkarnasi untuk menyatakan kasih Allah dalam penebusan, dan untuk menyelamatkan dunia dengan kasih karunia. Adalah Injil yang mengatakan:
”Pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. ”Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. ”Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepu-nyaan-Nya , tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. ”Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. ”Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, ka-tanya, ’Inilah Dia yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.’ Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:1-18).
Perkataan kerasulan yang disampaikan oleh Paulus pejuang Iman menyatakan: ”Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita tak-luk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi sesudah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Galatia 4:3-5).
Agama Kristen adalah agama penebusan, tanpa itu kita masih tertindih di bawah beban dosa, tidak punya harapan di dalam dunia, ditentukan untuk api neraka. Tetapi Allah yang kaya dalam kasih dan kemurahan, menyediakan keselamatan untuk manusia melali kematian Kristus sebagai korban, yang dengan demikian membuktikan kasih-Nya yang ajaib, berlimpah dan memerdekakan. Kristus menyatakan kasih-Nya ini dengan mengatakan: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Agama Buddha mengatakan: ”Kebaikan dan kebenaran keduanya adalah jalan yang me-nuntun ke Nirwana – Kebaikan yang terbesar.”
Agama Yahudi mengatakan: ”Musa menuliskan mengenai kebenaran dari Taurat, siapa-pun yang memeliharanya akan hidup dengannya.”
Agama Islam mengatakan: ”Bobot yang menentukan pada hari itu adalah kebenaran. Mereka yang bobotnya lebih berat adalah yang berhasil.”
Semua perkataan tersebut adalah baik dan luarbiasa, tetapi perkataan-perkataan itu mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat dia hindari. Hal itu sama saja dengan meminta seorang yang lumpuh untuk berdiri atau orang yang mati untuk hidup!
Sehubungan dengan kebenaran, Raja Daud berkata di ba-wah ilham dari Roh Kudus: ”TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Kaitannya dengan menjalankan Taurat, yang pertama dan yang terbesar yang diperintahkan kepada manusia adalah untuk ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu”. Dan yang kedua adalah mengasihi sesa-ma manusia seperti dirinya sendiri (Lukas 10:27).
Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menjalankan Hukum Taurat dengan se-penuhnya. Karena alasan inilah maka semua orang yang men-coba untuk melakukan Hukum Taurat jatuh ke bawah kutuk karena ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang tidak setia mela-kukan semua segala sesuatu yang tertulis dalam Kitab Hukum Taurat” (Galatia 3:10). Sehubungan dengan bobot dari perbuatan-perbuatan baik kita, Allah melalui Daud hamba-Nya berkata:
”Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca (timbangan) mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin” (Mazmur 62:10).
Nabi Yesaya berkata: ”Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin” (Yesaya 64:6).
Rasul Paulus berkata: ”Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang baik, seorangpun tidak” (Roma 3:11-12).
Memang benar bahwa Taurat itu suci dan ketetapan-kete-tapannya adalah murni dan adil dan benar tetapi Taurat tidak dapat memberikan kepada orang-orang berdosa keselamatan yang sepenuh. ”Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging (manusia yang berdosa), telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging (manusia) yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Roma 8:3-4).
Inilah apa yang membedakan iman Kristen. Kristen adalah agama penebusan yang tidak mebiarkan manusia menderita untuk keselamatan. Karena Allah menyelesaikannya dengan ma-nusia atas dasar anugerah (kasih karunia) ketika dia mem-berikan tanggapan dengan mempercayai kematian Kristus seba-gai korban di kayu salib.
Karena Hukum Taurat tidak mampu untuk melepaskan ma-nusia dari kuasa dosa dan kematian, maka Hukum Taurat gagal untuk menyelamatkan dan menyucikan dia dan menjadikan dia layak untuk kerajaan Allah. Kristus, yang adalah Tuhan dari sor-ga menjadi berinkarnasi ambil bagian di dalam daging dan darah manusia untuk dapat mempersembakan diri sebagai korban pengganti untuk dosa, menghancurkan dosa, dan mematahkan kekuasaannya atas manusia dan menanggung hukuman dosa yang seharusnya dijatuhkan kepada manusia. Melalui karya pe-nebusan sebagai pengganti Dia memuaskan bagi kita semua tun-tutan Hukum Taurat dan dengan demikian menggenapi perka-taan nubuatan: ”Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakkan kita, dia diremukkan karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan kesela-matan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba , masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yesaya 53:4-6). Anda barangkali sulit untuk menerima pandangan tentang pene-busan ini, karena bergantung pada kematian Kristus yang memalukan di kayu salib – sebuah tema yang sulit untuk bisa diterima oleh orang-orang Muslim, karena dianggap menyakitkan. Namun demikian, bukti bahwa Kristus mati melalui penyaliban adalah banyak dan bisa dipercayai. Saya sudah menyusun dalam sebuah buku kecil yang berjudul, Salib di dalam Injil dan Al Qur’an yang dapat anda dapatkan dari ”Meniti Jalan Lurus”.
Di antara kekhususan iman dari Injil adalah keluhuran dari perintah-perintah sosialnya yang sesuai dan tepat untuk setiap generasi, usia, masyarakat, bahasa dan bangsa. Perintah-perintah itu didasarkan pada ”Ketentuan Emas” yang ditetapkan oleh Kristus.Dia berkata, ”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 7:12).
Hukum atau ketentuan ini melarang pementingan diri yang sempit, kebencian, balas dendam, persekongkolan, penipuan, keti-dakjujuran, dan menetapkan kesatuan umat manusia, kesamaan terhadap semua anggotanya, dan mengharuskan setiap orang me-ngusahakan kebaikan bagi orang lain.
Ini hanya sebuah ketentuan yang singkat, tetapi memeli-haranya, menjalankannya akan menyingkirkan pertikaian dan peperangan dan akan menjadikan dunia ini firdaus dari kesu-kacitaan. Karena di dalamnya terkandung seluruh pengajaran dari Hukum Taurat dan Para Nabi, karena sasarannya adalah untuk menjadikan manusia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
Sebenarnya Ketentuan Emas ini mengajarkan kepada kita bagaimana untuk menggenapi perintah yang mengatakan:”Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri”, yang rasul Paulus kemukakan dengan mengatakan: ” ... Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: janganlah berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesa-mamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih itu tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kege-napan dari hukum Taurat” (Roma 13:8-10).
Dan Kristus dalam usahanya untuk menyingkirkan dari dalam jiwa umat pilihan-Nya semua pengaruh yang dapat meng-halangi manusia dari mencapai kasih yang tertinggi dan mulia ini, Dia berkata kepada mereka: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menga-niaya kamu karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan yang menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:44-48).
Prinsip-prinsip ini selanjutnya, dalam keunggulannya, luas-nya dan dalamnya, menunjukkan keutamaannya yang mengatasi kasih dan perbuatan baik alami yang didasarkan atas dasar prin-sip kasih pada diri sendiri yang semboyannya adalah mengha-rapkan upah dan balasan kembali. Oleh karena itu Kristus mau agar kalau kita mengasihi, kita melakukannya demi untuk ke-pentingan kasih itu sendiri, dan keinginan untuk menolong kebutuhan orang lain atas dasar kebenaran dan kebajikan demi kepentingan kebenaran dan kebajikan itu sendiri.
Rasul-rasul Kristus menjelaskan pengajaran Guru mereka sehubungan dengan kasih dalam penjelasan yang sangat agung karena diilhami oleh Roh Kudus. Sebagaimana berikut ini:
Rasul Yohanes.
”Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu adalah firman yang telah kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu. Telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.
”Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya ia berada dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya” (1 Yohanes 2:7-11).
”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barang-siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih Allah itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudara yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jikalau kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
”Demikianlah kita ketahui bahwa kita tetap berada di da-lam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juru-selamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.
”Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna mele-nyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata:”Aku mengasihi Allah”, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin menga-sihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4:7-21).
Rasul Petrus
”Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepa-da kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih per-saudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sung-guh saling mengasihi dengan segenap hatimu” (1 Petrus 1:22).
”Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Petrus 4:7-8).
”Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pe-ngikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kolose 3:14).
Rasul Paulus
”Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
”Kasih itu sabar; kasih itu mruah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengha-rapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
”Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku mening-galkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan menge-nal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
”Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengha-rapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1Korintus13 – dikenal juga sebagai ”NyanyianKasih”).
Inilah Kekristenan yang sejati. Kekristenan adalah agama yang berpijak dalam roh penebusan yang mana, jika diperlukan, setiap hari memaafkan atau mengampuni kesalahan tujuh puluh tujuh kali.
Adalah agama Kristen yang tetap bertahan di antara agama-agama dunia berdasarkan kebajikan dari darah Kristus, yang ”membicarakan dan mendatangkan hal-hal yang lebih baik daripada darah Habil.” karena darah Habil berteriak kepada Allah untuk pembalasan tetapi darah Kristus berseru memo-honkan pengampunan dari Allah bagi orang-orang yang telah membunuh-Nya. Kita membaca bahwa Yesus berseru dari kayu salib: ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).
”Islam pada dasarnya adalah berita yang terakhir dan merupakan agama bagi semua, dan yang sesuai untuk setiap waktu dan tempat, tidak seperti agama Kristen yang penghayatannya dengan mengurung diri dan beri-badah dalam kehidupan kerahiban. Oleh karena itu hal ini seharusnya mendorong anda untuk berpikir dan mene-laah dan membandingkan antara Al Qur’an dan apa yang anda sebut sebagai ’Injil’.
Kami mendapatkan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah, kiranya Allah ditinggikan, sementara Injil terdiri dari perkataan-perkataan manusia, seperti Paulus dan Yohanes.
Pada akhirnya, saya berkeinginan untuk menuntun anda ke jalan yang lurus ... karena ketidakjelasan dan omong kosong seperti itu, tidak akan bisa lagi terlepas dari perhatian! Anda sudah mencoba lebih dari sekali untuk membujuk orang-orang Muslim tetapi gagal untuk memenangkan satu orangpun, sementara banyak orang-orang Kristen yang sudah memeluk Islam.”
Kerajaan Saudi Arabia.
Dari ekspresi yang anda pergunakan di dalam surat anda nampak jelas bahwa anda memiliki semangat untuk keagamaan, dan itu baik bagi orang muda untuk bersemangat dalam hal ini, sejauh semangatnya tidak membawa dia melewati batas-batas yang sudah ditetapkan untuk dialog antara seorang Muslim dan seorang Kristen. Pada saat anda menantang kepercayaan dari “Ahli Kitab” dengan cara ini, anda sebenarnya justru mengingkari perintah dari Al Qur’an, “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” (Sura 29, Al ‘Ankabuut 46).
Tentu saja, semangat yang berlebihan itulah yang sudah menempatkan anda dalam satu sudut yang darinya anda tidak dapat melihat ataupun memahami wahyu ataupun pengajaran yang terkandung dan diciptakan oleh Injil. Karena alasan itulah saya tidak terkejut ketika anda mengatakan bahwa surat-surat berisi penjelasan rohani yang kami kirim kepada anda sebagai sampah atau bualan.
Namun demikian, saya akan meminta perhatian anda, dalam kasih, untuk sebuah kebenaran penting, yaitu ketika anda mengatakan bahwa Islam membatalkan atau menggantikan semua agama yang lain termasuk Kekristenan, pandangan anda itu justru bertentangan dengan Al Qur’an karena ketidaktahuan anda terhadap ayat-ayat yang menegaskan keagamaan dari Taurat dan Injil.
Pandangan anda tentang pembatalan itu kemungkinan an-da dapatkan dari buku ”Tuntunan untuk Pencari Kebenaran, ke dalam Asal-muasal Agama” oleh Mawia Mohammad Takieddine Al Kashani, dari Persia yang mengatakan bahwa Muhammad adalah nabi untuk abad ini, dan agamanya sudah membatalkan agama-agama dari para nabi sebelumnya.
Menanggapi hal ini, saya akan mengatakan: Al Qur’an sen-diri tidak pernah menyebutkan bahwa agama Islam memba-talkan Taurat dan Injil; demikian juga halnya dengan Tradisi Kenabian tidak pernah berbicara mengenai hal ini. Kenyataan ini menjadikan pernyataan anda tidak berdasar dan menyimpang dari kebenaran.Bahkan seandainyapun tuduhan ini tidak memu-tarbalikkan ajaran Al Qur’an, paling tidak tuduhan itu mem-bingungkan dan mengatakan sesuatu yang tidak terdapat di dalamnya.
Setiap orang tahu bahwa pembatalan (sesuatu yang mengatasi sesuatu yang lain) secara khusus hanya diberlakukan terhadap teks Al Qur’an dan terjadi di dua tempat:
”Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami ja-dikan manusia lupa kepadanya. Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya” (Surat 2, Al Baqarah 106).
”Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang ra-sulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Surat 22, Al Hajj 52).
Dua teks ini tidak menunjukkan bahwa Al Qur’an hadir untuk membatalkan (atau memusnahkan) Alkitab, tetapi bahwa beberapa dari teks Al Qur’an yang membatalkan teks yang lain. Sarjana Al-Baidawi sudah mewariskan kepada kita sebuah dis-kusi yang menyeluruh sehubungan dengan hal pembatalan ini sebagaimana ditunjukkan dalam Surat Al Hajj, dan menyebutkan bagaimana beberapa kata dari Surat Al-Hajm dibatalkan. Anda dapat meneliti tafsiran ini jika anda menginginkannya.
Yang lain lagi juga sudah menyebutkan kejadian seperti ini terhadap Yahya, dan Jalal-Ed-Din. Mereka dibatalkan dalam Kehidupan Nabi oleh Ibnu Hisham, sesudah Ibnu Ishaq. Penulis yang lain merujuk pada hal ini dalam penafsirannya yang lebih luas.
Ibnu Hatem mengatakan yang berikut ini, berdasarkan keterangannya pada Ibnu Abbas: ”Mungkin saja terjadi bahwa ilham yang diturunkan atas nabi pada malam hari dan dia lupa pada hari berikutnya. Dan untuk alasan itulah ayat ini diberikan, ”Dan untuk ayat apapun yang Kami nasakhkan (batalkan), kami jadikan manusia lupa kepadanya”, dan seterusnya (lihat di atas).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Baidawi, ”Ayat ini diturunkan ketika para penyembah berhala (orang-orang kafir) atau orang-orang Yahudi menuduh: ”Tidakkah kamu melihat bahwa Muhammad memerintahkan kepada pengikut-pengikut-nya, kemudian mengubah pikirannya dan memerintahkan yang sebaliknya!”. Jadi, diturunkannya ayat ini adalah dengan jelas menjawab keragu-raguan dari para ahli kitab dan orang-orang Muslim sehubungan dengan perubahan-perubahan di dalam teks Al Qur’an itu sendiri.
Lebih jauh, Jalaleyn memberikan penafsiran berikut ini: Nabi sedang membaca dari Surat Al- An’aam di hadapan persidangan, ”Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?” (Surat Al An’aam 19-20). Setan menempatkan kata-kata dalam mulutnya dengan tan-pa ia menyadarinya: ”Mahkluk sorgawi itu, yang nampak muda menawan dan tampan, kami berharap akan melakukan sesuatu untuk kami.” Ini membuat mereka senang. Tetapi Jibril mem-beritahu dia perkataan apa yang Setan sudah taruh di mu-lutnya. Dia sangat menyesal dan menghibur dirinya dengan ayat, ”Tetapi Allah membatalkan, menghilangkan apa yang Setan sudah turunkan, dan seterusnya.”
Menurut Al-Sayouti, pembatalan atau penghilangan adalah hal yang sudah dianggap biasa untuk bangsa ini, yang adalah Islam.
Berdasarkan kesimpulan kami terhadap pendapat-penda-pat yang dikemukakan oleh para sarjana, kita dapat mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan yang mengatakan bahwa Al Qur’an mengatasi Injil atau bahwa Islam mengatasi agama-agama lain adalah tidak berdasar sama sekali.
Dalam bukunya ”menyatakan Kebenaran”, Al Haji Rahmat Allah Al-Hindi mengatakan: Perkataan yang mengatakan bahwa Taurat dibatalkan dengan kedatangan Zabur, dan Zabur dibatal-kan ketika Injil muncul, dan Injil dibatalkan ketika Al Qur’an datang; tidak dapat ditelusuri baik di dalam Al Qur’an ataupun di dalam Tradisi-tradisi Kenabian.
Benar sekali perkataan-perkataan dari sarjana ini. Al Qur’an , sebaliknya sehubungan dengan pandangan ”pembatalan” menyanggah pandangan-pandangan yang sama sekali tidak ber-dasar tersebut ketika menyatakan: ”Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangya” (Surat 42, Asy Syuura 13).
Anda melihat, sahabatku, bahwa anda menyerang agama Islam anda sendiri dengan menyatakan bahwa agama-agama samawi sebelum Islam sudah dibatalkan. Sesungguhnya, dapat-kah anda memberitahu saya bagaimana anda sebagai seorang Muslim, yang mempercayai apa yang ada di dalam Al Qur’an, membuat pernyataan tanpa berdasarkan kenyataan?
Sudah lupakah anda, sahabatku bahwa Al Qur’an menga-jarkan kepada anda bersama dengan setiap warga Arab untuk dituntun oleh nasehat-nasehat dari Ahli Kitab? ”Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjuk-imu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Surat 4, An Nisaa 26).
Sebaliknya, seharusnya anda bertanya, ”dapatkah agama kami digantikan?” sejauh Al Qur’an meminta kepada Muhammad sendiri untuk mengikuti tuntunan kami ketika Al Qur’an mengatakan:
”Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab hikmat (Pemahaman agama) dan kenabian. Jika orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka” (Surat 6, Al An’aam 89-90).
Sebaliknya, seharusnya anda bertanya, bagaimana dapat agama kami sudah dibatalkan kalau Al Qur’an menyerukan kepada Muhammad untuk menanyakan kepada para pendahulu kami untuk menghilangkan keragu-raguannya, ketika Al Qur’an berkata:
”Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanya-kanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab sebelum kamu” (Surat 10, Yunus 94).
Beritahu kami, bagaimana dapat agama kami sudah diba-talkan kalau Al Qur’an menyerukan untuk membenarkan Injil? Al Qur’an mengatakan: ”Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya” (Surat 5, Al Maa-idah 45,46).
Sahabatku, Salah satu dari hal-hal khusus tentang Alkitab kami adalah kenyataan bahwa ajaran-ajarannya yang tercantum kitab-kitab di dalamnya menunjukkan keharmonisan yang menyeluruh dan semuanya menuju ke satu arah tujuan, yaitu deklarasi dari maksud tujuan Allah untuk umat manusia. Oleh karena itu, ajaran-ajarannya tidak ada yang dapat dibatalkan.
Kitab Allah adalah Kitab untuk semua generasi dan jaman dan agama yang tersimpan di dalamnya adalah agama Allah dari kekekalan dan untuk kekekalan. Di dalamnya adalah pernyataan illahi: ”Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Matius 24:35). Dan tidakkah Al Qur’an sendiri juga mengatakan di dalam Surat 6, Al An’aam 34, ”Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.” Dan di dalam Surat 10, Yunus 64, ”Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.” Dan di dalam Surat 15, An Hijr 9, ”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Di dalam Surat 16, An Nahl, kita juga membaca, ”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui” (Sura 16, An Nahl 43).
Teks ini membawa kita pada satu pertanyaan: Misalkan saja sekelompok Muslim yang taat, yang dengan setia mengikuti ajaran-ajaran Al Qur’an mendatangi Ahli-ahli Kitab untuk ber-tanya atau mencari tahu dari mereka tentang hal-hal rohani yang berada di luar pengetahuan mereka. Dalam perjalanan untuk menemui mereka, bertemu dengan kelompok lain yang adalah orang-orang yang mempercayai ’pembatalan’. Dan memberitahu kepada mereka, ”Kami mau menemui Para Ahli Kitab untuk menanyakan hal-hal yang kami tidak mengetahuinya.” Saya bertanya-tanya, apakah kelompok yang lain ini, yang adalah penentang berani untuk menjawab:”Jangan pergi ke sana, karena Ingatan mereka (Para Ahli Kitab) sudah dibatalkan, sudah dimusnahkan!”? Bahkan kalaupun mereka melarang, apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang taat ini? Apakah mau mempercayai mereka, atau lebih mempercayai Al Qur’an yang mengatakan: ”Tanyakan kepada para Ahli Kitab, jika ada sesuatu yang tidak kamu ketahui.”
Sahabatku yang terhormat, Saya tidak menyalahkan anda jika anda mengatakan Kekristenan sebagai agama yang menyendiri dan menjalankan hidup kerahiban, karena pengetahuan anda yang terbatas me-ngenai Kekristenan. Hidup kerahiban bukanlah inti dari Injil, tetapi muncul karena usaha-usaha manusia yang karena keter-batasan tempat saya tidak dapat menguraikannya di sini.
Dan sekarang apa yang akan anda katakan jika saya bertanya mengenai sekelompok Islam yang bukan orthodoks, yang tidak memahami Al Qur’an dengan secara ketat, dengan maksud untuk menyerang dan mengkritik Islam? Apakah itu adil? Saya kembalikan kepada anda untuk menjawab ... Sehu-bungan dengan pernyataan anda bahwa Al Qur’an adalah firman Allah, sedangkan Injil adalah perkataan-perkataan manusia se-perti Paulus dan Yohanes: Ini juga menunjukkan betapa sangat dangkalnya pengetahuan anda tentang Kekristenan.
Mohon mengerti , sahabatku, bahwa Injil pada intinya bukanlah perkataan-perkataan yang ditulis oleh Paulus atau Yohanes . Dalam hal yang sama, Injil kita tidak secara harafiah diturunkan oleh Jibril, dan kemudian ditulis oleh orang-orang. Tetapi inti dari Injil adalah Pribadi illahi yang menjadi manusia pada saat yang telah ditentukan untuk menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Selanjutnya, melalui kasih yang diwujudkan ini Dia menyelesaikan penebusan untuk menyelamatkan dunia melalui kasih karunia.
Sementara menantikan jawaban dari anda, doa saya kebaikan dan damai sejahtera Allah menyertai anda. Saya secara khusus berdoa agar kasih anda bertumbuh, dan barangkali dengan kasih ini kami akan mendapatkan keterbukaan dari pihak anda. Kiranya kasih itu akan mendorong anda untuk menyelidiki kebenaran dengan lebih cermat lagi. Selanjutnya anda akan menguji segala sesuatu dan memegang teguh yang baik.
Pembaca yang baik,Jika anda membaca buku kecil ini dengan seksama, anda dapat menjawab kuis atau pertanyaan-pertanyaan berikut ini, dan akan mendapatkan sebuah buku kecil dari beberapa pe-nerbitan kami, bilamana anda menjawab semua pertanyaan dengan benar. Tentu saja dalam melakukan ini anda juga ber-tumbuh di dalam kebenaran tentang Allah dan kasih-Nya.
Apa sajakah beberapa arti dari kata Islam?
Mengapa Al Qur’an menyebutkan bahwa Abraham adalah seorang ”Muslim” meskipun pada waktu itu Islam belum ada?
Mengapa orang-orang Yahudi dan pengikut-pengikut Kristus juga disebut sebagai Muslim?
Bagaimana pandangan Nabi Muhammad sehubungan dengan ilham Allah kepada Musa dan Yesus?
Di mana ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menasehatkan kepada seorang Muslim untuk menerima, membaca dan meneliti Torah dan Injil?
Kemukakan tiga perkataan Kristus yang anda anggap paling penting untuk diri anda sendiri?
Apa pengertian anda sehubungan dengan ayat di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Kristus adalah ”Firman Allah” yang menjelma.
Bagaimana anda memahami teks di dalam Yohanes 3:16?
Apakah yang merupakan prinsip-prinsip yang menonjol dalam agama-agama lain di dunia?
Apakah yang dikatakan Alkitab sehubungan dengan perbuatan-perbuatan baik manusia?
Apa sajakah dua perintah yang paling penting di dalam Taurat?
Bagaimana Hukum Taurat menghakimi manusia?
Mengapa Hukum Taurat tidak menyelamatkan manu-sia?
Bagaimana sikap Kristus terhadap Hukum Taurat dan bagaimana Dia menggenapinya di dalam praktek dan pelaksanaannya?
Apakah arti dari ”kasih karunia atau anugerah” hu-bungannya terhadap Hukum Taurat dalam ajaran Injil?
Bagaimana pengertian anda sehubungan dengan nubuatan yang terkenal tentang Anak Domba Allah di dalam Kitab Yesaya?
Tuliskanlah kata-kata dari ”Ketentuan Emas” dan jelaskan artinya.
Apa artinya menggenapi Hukum Taurat?
Bagaimana Kristus menjelaskan tentang mengasihi musuh kepada murid-murid-Nya?
Tuliskanlah ayat-ayat yang menurut anda paling mengesankan dari rasul Yohanes.
Apakah nasehat yang disampaikan Paulus rasul, sebagai yang sangat penting untuk kita sekarang ini?
Apakah yang anda pelajari dari ”Pasal Kasih” – dalam 1 Korintus 13:1-7?
Apakah perbedaan antara tangisan darah Habil dan darah Yesus Kristus?
Bagaimana anda memahami teks Al Qur’an yang mengatakan ”Janganlah berdebat dengan Orang-orang atau Ahli-ahli Kitab”?
Siapakah orang-orang yang ”fasik” berdasarkan Surat Al Maa-idah 47?
Apakah yang Kristus katakan tentang perkataan-perkataan-Nya, bahkan jika langit dan bumi lenyap?
Kirimkan jawaban-jawaban anda ke alamat email berikut ini:
The Good Way
P.O. BOX 66
CH-8486 Rikon
Switzerland
Email: coh@idionline.info