All Rights Reserved
Copyright © 1999-2010 The Good Way
1999
"Apa yang Anda maksudkan ketika Anda mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang telah datang sebagai manusia ? Jika ini yang Anda percayai, untuk apa Inkarasi ?”
F.K.Tripoli, Libanon
Fakta yang pertama yang harus kita gumuli ialah bahwa jiwa manusia tidak mungkin, atas usahanya sendiri, mencapai kesempurnaan yang diingininya karena hukum dosa menjadi penghalang baginya.
Rasul Paulus mengungkapkan kebenaran ini kepada kita sebagai berikut : " Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jikalaku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini : Jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku" (Rom a 7:18-23).
Kata-kata Rasul Paulus di atas melukiskan konflik di dalam jiwa manusia antara anugerah dan kutuk, antara hukum Tuhan yang menyenangkan manusia dan yang ingin diikutinya, dan hukum dosa yang menarik manusia, menawan dan memaksa dia untuk melakukan apa yang tidak dikehendakinya.
Akan tetapi Rasul Paulus yang ingin membebaskan dirinya dari hukum dosa dan maut, berseru ke sorga l:Iengan seruannya yang terkemd : "Aku manusia celaka ! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini ?" (Roma 7:24). Ketika dia melihat sang Penyelamat, yaitu Firman yang telah menjadi manusia itu, ia bersukacita dan berkata: "Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus Tuhan kita" (Roma 7:25). .
Rahasia ini telah diungkapkan kepada manusia Allah, yakni Ayub ketika dia terus-menerus dilanda malapetaka dan penderitaan. Didorong oleh perasaan yang mendalam bahwa betapa perlunya seorang peng antara antara dia dan Allah, ia merumuskan keluhannya demikian: "Tidak ada wasit di antara kami, yang dapat memegang kami berdua! Biarlah Ia menyingkirkan pentungnya daripadaku, jangan aku ditimpa kegentaran terhadap Dia, maka aku akan berbicara tanpa rasa takut terhadap Dia, karena aku tidak menyadari kesalahanku" (Ayub 9:33-35).
Oleh sebab itu, pribadi yang kedua dari Allah (atau pribadi di dalam ke-Allahan, dalam bahasa Arab:UQNUM) mengambil rupa manusia. Ia memenuhi keperluan manusia yang sangat mendesak akan penebusan untuk memulihkan manusia dan mendamaikannya kembali dengan Allah.
Setiap orang tahu dari pengalamannya sendiri di dalam dirinya berdiam niat-niat jahat yang tak dapat diatasi. Kita ingat perkataan Rasul Paulus: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma3:23), dan "Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (I Yohanes 1:8).
Islam mengaku kebenaran ini, seperti diungkapkan di dalam surat An-Nahl ayat 61: "Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang bernyawa ...". Oleh sebab itu sudah jelas bagi kita, bukan saja secara historis tetapi juga secara intelek bahwa manusia alamiah tidak mungkin mencapai puncak kerohanian ini scbelum dia disatukan dan dipimpin oleh sesuatu yang melebihi Dia, dan lebih tinggi dari manusia sendiri.
Dengan demikian kita telah membatasi penelitian kita pada penjelasan dari kekurangan-kekurangan manusia dan kegagalannya untuk mencapai status yang dimiliki Adam sebelum kejatuhannya. Jika berhenti di situ saja, sama dengan mengaku kalah. Kita tidak dapat mcmbayangkan bahwa Allah yang mahakuasa itu menghendaki hal demikian, yakni kita menjadi frustasi. Sebaliknya, Tuhan Allah baik dan belaskasihan-Nya kekal selama-lamanya. Karena kebaikan-Nya, Allah tidak akan mcmbiarkan manusia yang diciptakan-Nya menurut gambar-Nya mengalami kesulitan-kesulitan yang akan membawanya kepada kebinasaan. Karena manusia telah gagal memenuhi tujuan Allah, tentu Allah telah menyediakan sehelumnya seseorang untuk memulihkan dia. Siapakah Dia ? Apakah dia seorang ciptaan yang telah mencapai kekudusan yang sempurna Atau apakah dia Allah sendiri ?
Mari kita berusaha untuk berpegang pada kepastian, dan tidak membiarkan diri kita disesatkan oleh teori-teori kita sendiri, sekalipun teori-teori tersebut berdasarkan prinsip-prinsip yang dianut oleh agama-agama tertentu. Karena jika kita menerima pandangan-pandangan seperti itu, kita pasti akan menyimpang dari kebenaran. Mari kita .juga ingat satu fakta, yakni hahwa tidak ada agama yang menyangkal hahwa manusia secara naluri ingin bersekutu dengan Allah. Kepada Allahlah orang berdoa, serta meminta pertolongan dan bimbingan. Dan memang Dia menolong dan membimbing mereka yang percaya kepada-Nya ke jalan damai; lagi pula kita semua menginsyafi bahwa tujuan dari semua simbol-simbol, yang kadang-kadang disebut misteri, adalah penghuhung yang sempurna dengan Allah. Manusia Allah, Agustinus, ahli Alkitab, mengatakan dalam doanya : 'Tuhan! Engkau telah menciptakan kami untukMu, dan roh kami tidak dapat tcnang sebelum mendapat ketenangan di dalam Engkau".
Oleh sehah itu tidak ada alasan untuk menganggap bahwa ada pengantara yang diciptakan antara manusia dan Allah, sekalipun yang memiliki sifat seorang superman. Dan sesungguhnya, banyak bukti- bukti yang menunjukkan kebalikannya. Agar ciptaan itu mencapai kesempurnaan sesuai dengan rencana Allah, dan jika manusia akan ditebus, haruslah itu terlaksana melalui karya Allah sendiri; padaNya-lah pujian dan kemuliaan untuk selama-Iamanya.
Untuk mencapai tujuan ini, telah ditentukan dari semula bahwa ke-Allahan itu terdiri dari tiga Pribadi (Bah. Arab: AQANIM), sehingga inkarnasi itu dapat terlaksana melalui salah satu dari ketiga Pribadi itu, dan tidak melalui yang lain manapun. Inilah yang berkenan kepada Allah: Bahwa Tuhan menebus umat manusia yang telah jatuh kedalam dosa dan yang tanpa pengharapan dan tanpa ada yang dapat menolong, selain Allah yang menjelma menjadi manusia, karena hanya Dia yang berkuasa untuk melaksanakan karya penyelamatan manusia. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk inkarnasi menurut pandangan Allah ialah mengambil rupa manusia melalui salah satu Pribadi dari keAllahan itu (bah. Arab: VQNUM).
Saya sama sekali tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan: "Apakah Allah tidak sanggup untuk menyelamatkan manusia yang telah jatuh itu tanpa menjelma/inkarnasi? Tetapi saya tegaskan, sesuai terang Firman Allah, bahwa inkarnasi itu sesungguhnya sangat mencukupi dan bijaksana untuk mencapai tujuannya. Fakta bahwa Allah memang telah menjelwa merupakan bukti bahwa hal itu sangat perlu untuk mencapai tujuan Allah secara sempurna, yakni penebusan manusia; dan bahwa keadaan manusia yang telah jatuh itu memerlukannya.
Saya harus kemukakan suatu fakta, yakni bahwa Allah, bagi-Nyalah kemuliaan, yang ingin mengangkat ciptaan-Nya ke puncak yang tertinggi, dengan menyatukannya dengan Dirinya sendiri melalui suatu cara, tidak akan melakukannya hanya dengan suatu perintah ilahi: "Jadilah maka hal itu akan jadi", tetapi melalui mendiami ciptaan-Nya yang tertinggi, atau dengan perkataan lain, melalui penjelmaan-Nya sebagai manusia yang sempurna.
Jika kita perhatikan ajaran-ajaran tentang penebusan di dalam Alkitab, kita melihat bahwa pengantara antara Allah dan manusia itu harus memiliki sifat-sifat berikut:
Ia harus seorang manusia. Rasul menjelaskan sebabnya Pribadi yang kedua dari ke-Allahan itu (bah. Arab: VQNUM) mengambil rupa manusia dan bukan rupa malaikat, adalah bahwa la datang untuk menebus kita. Untuk itu Ia perlu dilahirkan dibawah hukum yang telah kita langgar agar Ia melengkapi semua kebenaran; bahwa Ia harus menderita dan mati sebagai korban penebusan dari dosa-dosa kita; bahwa Ia harus mengambil bagian dalam keadaan kita untuk merasakan kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 2:14).
Ia harus tanpa dosa. Korban yang biasanya dipersembahkan di mezbah harus tanpa cela menurut ketentuan Taurat. Dengan perkataan lain, tidak mungkin si penyelamat yang menyelamatkan dari dosa seorang pendosa, sebab jika dia juga seorang berdosa, dia tidak dapat menghampiri Allah; juga dia tidak dapat menjadi sumber kekudusan dan hidup yang kekal bagi umatnya karena ia sendiri tidak benar dan kudus. Oleh sebab itu Imam Besar itu haruslah kudus, tanpa salah, tanpa noda dan terpisah dari orang- orang berdosa (Ibrani 7:26).
la harus Allah, karena tidak ada yang dapat menghapus dosa kecuali darah Dia yang lebih tinggi dari seorang ciptaan biasa. Oleh sebab itu Kristus, yang adalah Allah, dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban satu kali untuk selama-lamanya, telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan (Ibrani 7:27 dan 10:14). Demikian juga, hanya yang ilahi yang dapat menghancurkan kuasa setan dan menyelamatkan mereka yang telah ditawan oleh setan. Tidak ada yang dapat melaksanakan tugas penebusan yang agung itu, kecuali yang Mahakuasa, Maha Bijaksana dan Maha Tahu, agar Ia menjadi Imam besar bagi umat-Nya dan Hakim dari semua. Tidak ada yang dapat menjadi sumber kehidupan rohani bagi yang telab ditebus itu kecuali Dia yang di dalamnya berdiam secara jasmani selurub kepenuhan ke-Allahan.
Semua sifat ini, yang oleh Kitab Suci dinyatakan sebagai mutlak diperlukan bagi pengantara untuk memampukan Dia sebagai Pengantara Allah dan manusia, ada pada Kristus sesuai dengan tugas, dan Ia datang untuk melaksanakannya.
Karena sifat-sifat tersebut ada di dalam Kristus, jelas bahwa karya pengantaraanNya, yang di dalamnya termasuk semua yang telah diperbuat-Nya dan terus perbuat untuk menyelamatkan manusia, adalah karya oknum Ilahi. Semua karya dan penderitaan Kristus dalam melaksanakan pengantaraan-Nya adalah karya dan penderitaan oknum IIahi. Dia yang telah disalibkan itu adalah Raja Kemuliaan; Dia yang telah menyerahkan diri-Nya sampai mati adalah Prihadi kedua dari ke-Allahan (bah. Arab: UQNUM).
BUKTI HISTORIS
Sejarah menunjukkan bahwa di atas bumi ini pernah tinggal seorang manusia yang kehidupannya merupakan demonstrasi yang jelas dari kedua unsur yang menjadi sifat manusia yang sempurna; kedua unsur ini ialah hubungan yang dekat dengan Allah dan kasih yang tiada tara terhadap sesamanya. Ia berkeliling memberitakan Kabar Baik, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan melepaskan mereka yang dirasuk setan. Ia mengungkapkan konsep baru tentang Allah kepada umat manusia, yakni bahwa Allah mempedulikan setiap pribadi manusia, sebagaimana seorang bapak mempedulikan anak-anaknya; dan bahwa Allah menerima setiap pendosa yang bertobat dengan kehangatan yang sama seperti hangatnya penerimaan seorang bapak terhadap anaknya yang hilang dan kembali kepadanya.
Di samping ajaran-ajaranNya tentang kasih, dan karya- karya belas kasihan yang diperbuatNya, Ia memanggil sekelompok murid-murid untuk mengikut Dia, belajar dari ucapan-ucapan-Nya, dan kuasa dari teladan-Nya. Dari hari ke hari murid-murid-Nya semakin mengenal Dia dan semakin dalam pengertian mereka tentang cara berpikir dan makna dari perumpamaanperumpamaanNya. Mereka diperkaya oleh kekayaan rohani-Nya, belajar dari keyakinan-Nya dan mengambil bagian dalam persekutuan-Nya dengan Allah. Namun demikian, dunia yang jahat gemetar dan ketakutan terhadap Dia. Mereka yang menutup matanya dan mengandalkan kebenaran sendiri, memberontak terhadap Dia dan menyeretnya ke pengadilan dengan tuduhan menghujat dan melanggar Taurat. Mereka berhasil untuk menjatuhkan vonis hukum mati terhadap Dia. Tetapi bagaimana reaksiNya? Ia menolak untuk membela diri-Nya sendiri, sekalipun Ia dapat dan berkuasa untuk memanggil dua belas pasukan malaikat untuk membinasakan musuh-musuh-Nya. Ia memilih untuk tidak melepaskan diri-Nya dengan cara-cara yang dapat Ia perbuat. untuk memproklamasikan arti kasih, kasih Allah, Ia menyerahkan diri-Nya sampai mati. Agar manusia menginsyafi betapa kejinya dosa itu dimata Allah, Allah membiarkan dosa menyiksa tubuh jasmaniNya yang sempurna itu, puncak kemanusiaan yang tanpa cacat.Untuk mengalahkan kejahatan, Ia bertahan terhadap serangan-serangan sampai mati, dan dengan demikian Ia turul mengambil bagian dalam pergumulan-pergumulan manusia, dan itulah jalan bagi kemenanganNya. Demikianlah la berkemenangan. '
Pada hari yang ketiga la bangkit. Sebelumnya la telah berkata: "". karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali “ (Yohanes 10:17-18). Dan itulah yang Ia lakukan Ia rnenyelesaikan tugas-Nya dan nubuat ilahi itu digenapi. Kasih telah dicurahkan sepenuhnya dan kuasa kejahatan, betapapun hebatnya, telah dilawan dan dikalahkan. Kebaikan telah mengatasi kejahatan.
Bagaimana tentang hasilnya ? Pengaruhnya nam pak sekali pada murid-murid-Nya, yang telah mengenalDia secara intim, dengan suatu keyakinan yang timbul dari pergaulan mereka dengan Dia. Keyakinan itu semakin kuat sewaktu Ia menampakkan Diri kepada mereka setelah kebangkitan-Nya. Bagi mereka, Dia bukan hanya sekedar manusia, atau Pribadi yang lebih tinggi dari manusia. Mereka melihat di dalam diri-Nya sifat-sifat Allah sendiri. Ia menuntut hal-hal, yang jika dituntut oleh seseorang, kecuali Allah, akan merupakan hujat. Tiap tuntutan yang dikemukakan-Nya telah terbukti sungguh-sungguh, termasuk fakta bahwa Ia layak disembah dan sungguh Allah yang hidup sebagai manusia dan bersamaan dengan itu, memerintah alam semesta dari takhta-Nya di Sorga.
Ini dialami bukan hanya oleh murid-murid Tuhan Yesus yang bergaul dengan Dia secara langsung, tetapi juga oleh banyak orang lain, ketika murid-murid memberitakan Kabar Baik itu yang ditopang oleh kuasa Roh-Nya, yang Dia utus sebagai ganti-Nya.
Keyakinan bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Allah dan sekaligus manusia tidaklah hilang dengan meninggalnya mereka yang telah mengenal Dia sebagai manusia biasa. Kenapa ? Karena keyakinan itu bukanlah berdasarkan kekeliruan agama atau dogma, tetapi berdasarkan pengalaman pribadi yang telah dirasakan oleh orang-orang Kristen: selama berabad-abad; dan atas dasar kepercayaan yang kuat bahwa Yesus tetap hidup dan memelihara hubungan pribadi dengan semua mereka yang mencari Dia. Hubungan ini bukalah menjadi penghalang antara mereka dengan Allah, tetapi sesungguhnya merupakan persekutuan dengan Allah sendiri.
Pribadi Ilahi ini (bah. Arab: UQNUM), Yesus Kristus bukanlah Pribadi yang tidak hidup dan tidak sempurna, tetapi Ia sekarang memenuhi seluruh alam semesta. la ada di sini, di sana dan di mana-mana. la menyentuh manusia dan berkata: "lkutlah Aku". Jika karena kekagumannya manusia itu berkata: "Tuhan ! melayani Engkau berat dan sulit; saya tak sanggup dan tak dapat mengikut Engkau; tinggalkanlah saya Tuhan, karena saya orang berdosa". Yesus akan menjawab: "Serahkanlah hidupmu pada-Ku, percayalah pada-Ku karena anugerah-Ku cukup bagimu". Manusia dapat menanggapi panggilan-Nya dan menjadi muridNya. Kristus masih berada di jalan sambil berseru: "Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.... Berpalinglah kepadaKu hai ujung-ujung bumi, dan biarkanlah dirimu diselamatkan". Banyak yang mendengar panggilan-Nya dan datang kepada-Nya, tertarik oleh anugerah yang memancar dari kepribadian-Nya. Ia sekarang populer di Afrika, masyarakat datang kepadaNya secara massal, mereka dibebaskan dari kuasa roh-roh jahat dan tukang-tukang sihir dan dukun-dukun. Di setiap bangsa, suku bangsa dan kelas, terdapat orang-orang yang telah diubah oleh Yesus. Kehidupan mereka berubah, sebelumnya mereka hidup di dalam dosa, hawa nafsu dan kecongkakkan. Sekarang mereka hidup berpadanan dengan Injil, dalam kebenaran dan kekudusan. Jika anda tanya, apa yang membuat mereka berubah ? Mereka akan menjawab: "Semuanya ini karena kami mengenal Yesus Tuhan kita".
Oleh karena itu kami dapat mengatakan tanpa ragu-ragu bahwa kehidupan Yesus dari Nazaret merupakan mahkota dari ciptaan Allah yang telah mengangkatnya ke puncak kesempurnaan. Penciptaan menjadi sempurna di dalam Dia; Di dalam Dia kehidupan dan roh mencapai status yang Allah rencanakan; lebih lagi di dalam Dia, semua yang menerima Dia di dalam kasih, dikokohkan dan dipenuhi dengan kepenuhan Allah. Dengan perkataan lain, jiwa yang percaya kepada-Nya telah mencapai tujuan yang terutama dari eksisterisinya yakni persekutuan dengan Allah sendiri, dan pengangkatan ciptaan itu pada Allah Penciptanya.
lnilah keputusan dan kesimpulan sejarah. Namun mengenai Yesus Kristus, makna "Manusia sempurna" bukanlah himya hakekat dari alam semesta,atau bayang an dari hakekat keillahian antara Allah dan ciptaanNya. Yang lebih tepat, ialah, Ia adalah manusia sempurna karena Ia juga adalah Allah yang sempurna, "Karena di dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kolose 2:9). Ia bukan saja bayangan dari keberadaan ilahi yang bercahaya melalui kehidupan seorang manusia, tetapi "Adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan" (Ibrani 1:3). Ia adalah Firman yang pada, mulanya bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah ... Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan-Nya (Y ohanes 1 :1-3). Oleh sebab itu Dia layak untuk menerima segala kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian, Amin!
Agunglah
Rahasia Ibadah Kita
Allah Telah Menyatakan Dirinya. Dalam Rupa Manusia
(I Timotius 3:16)
"Secara umum teiah diketahui bahwa Allah tidak memerlukan dunia ini atau penghunipenghuninya; bahwa setiap hubungan antara. Dia dengan ciptaanNya membatasi Dia, sekalipun Dia Mahatinggi, dalam hai waktu dan tempat, dan dengan demikian menyatakan bahwa Dia pasif; sesuatu yang sama dengan hujat. Apakah inkarnasi yang dipercayai oleh orang-orang Kristen tidak berarti berpindahnya sebagian dari Allah ke tubuh Kristus ?"
A.S.
Beirut,
Libanon
Saudara penanya, jika anda berpikir sejenak anda akan melihat bahwa Islam yang anda anut, menyatakan bahwa Allah menpunyai hubungan dengan ciptaanNya, dan dalam batas waktu dan tempat Anda percaya bahwa Allah mengutus pembawa berita kepada manusia. Ini berarti bahwa Allah mengadakan hubungan dengan ciptaan- ciptaan-Nya. Al Qur'an mengatakan: "Sesungguhnya kami telah mengutus kepada kamu seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana kami telah mengutus seorang Rasul kepada Firaun. Maka Firaun mendurhakai Rasul itu, lalu kami siksa akan dia dengan siksaan yanag berat " (Surat Al Muzzamil:15,16). Lagipula, Al Qur'an menghimbau manusia untuk mengadakan hubungan dengan Allah, penciptanya, dan mengatakan bahwa ini berkenan kepada Allah, sebagaimana dituliskan dalam surat Ali Imran:159 yang berbunyi: "'Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya". .
Anda mungkin akan berkata bahwa ucapan-ucapan demikian bersifat simbolis. Ini sama dengan menyamakan tafsiran dan tidak sesuai dengan fakta fakta. Banyak contoh seperti ini yang menyebut orang-orang yang telah mendapat tugas dari Allah untuk melakukan hal-hal tertentu, misalnya dalam ayat. Al Qur'an yang mengatakan: "Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah Sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui" (Surat Al A'raaf:59-62), Ayat-ayat seperti tersebut di atas tak dapat dianggap hanya simbolis karena menunjuk kepada peristiwa-peristiwa tertentu.
Apa yang anda katakan tentang perkataan Nabi, menurut tradisi, mengenai ritus berdoa yang diwajibkan bagi orang-orang Muslim? Menurut tradisi ini Ibn Ishaq mengutip Ihn Mas'ud hahwa dia mengutip Rasulullah (Muhammad) yang berkata dalam peristiwa Malam Mi'radj: "Akhirnya Gabriel membawa saya ke hadirat Allahku yang mewajibkan saya sembahyang lima puluh kali dalam sehari. Sewaktu kembali, saya lewati Musa bin Imran dan alangkah baiknya dia sebagai sahabat ! Ia tanya kepada saya berapa kali Tuhan memerintahkan saya sembahyang dan saya menjawab: "Lima puluh kali sehari". Ia bcrkata: "Berdoa itu beban be rat, dan umatmu lemah; kembalilah kepada Tuhanmu dan Mohon Dia untuk meringankan beban atas engkau dan umatmu". Saya kembali dan Mohon kepada Tuhanku untukinengutangi beban atas saya dan umat saya. Ia kurangi sepuluh. Saya pergi dan melewati Musa yang mengatakan hal yang sama kepada saya. Saya kembali dan memohon kepada Tuhanku, yang mengurangi sepuluh Kemudian saya pergi dari melewati Musa, yang mengatakan hal yang sama kepada saya. Saya kembali dan memohon kepada Allah, dan Ia mengurangi sepuluh. Ia (Musa) terus mengatakan hal yang sama kepada saya setiap kali saya melewati dia: "kembalilah dan mohon kepada Tuhanmu ! Akhirnya Tuhan membebaskan beban itu kecuali lima ritus sembahyang setiap hari dan malam. Kali ini saya menjawab: "Saya telah Mohon kepada Tuhan ku dan meminta begitu banyak dari Dia sehingga saya malu tcrhadap Dia. Saya tidak akan kembali ! Oleh sebab itu barangsiapa Oleh lakukannya dengan iman dan perbuatan, ia akan mendapat pahala dari lima puluh doa" (Ibn Hisham, Catalan Sejarah para Nabi 3:276).
Saya persilahkan anda untuk menentukan pendapat anda berdasarkan kulipan-kutipan yang menurut tradisi dari Nabi, apakah Allah mempunyai atau tidak mempunyai hubungan dengan ciptaan- ciptaan-Nya, yang sebagai konsekuensinya mempunyai hubungan dengan Dia. Lagipula, dengan perasaan kasih saya mengatakan kepada anda: Jika anda bersikeras mempertahankan pendapat anda, tentang: ,"tidak adanya sama sekali unsur-unsur antropomorfisme dalam konsep ilahi (bah, Arab: T ANZIH), anda mempercayai seorang Allah yang anda tidak kenal sarna sekali, dan sebagai konsekuensinya anda terpisah sama sekali dari Dia. Dalam hal yang demikian anda secara mutlak menyangkal adanya nubuatan dan Al Qur'an. Seseorang tidak dapat disebut nabi kecuali jika dia diilhami dan diutus untuk mengadakan suatu hubungan antara Allah dan ciptaan.
Menurul tradisi, Nabi berkata: "Allah, dimuliakanlah namaNya, tiap malam turun ke langit terendah, dan Ia linggal di situ selama sepertiga yang terakhir dari malam itu, dan berseru: “Adakah seseorang berdoa kepada-Ku dan saya akan menjawab Seseorang yang memohon kepada saya dan saya akan memberikannya. Seseorang yang bertobat dihadapan saya dan saya akan ampuni dia (Bukhari 4:68). Saya rasa bahwa ditiadakannya sama sekali unsur- unsur antropomorfisme dalam konsep ilahi (bah. Arab: T ANZIH) yang menyatakan bahwa Allah terpisah sama sekali dari ciptaan-ciptaanNya, membuat dia menjadi Allah (dimuliakanlah namaNya) yang terisolir. Ini meng arah kepada kekacauan di bidang-bidang rohani. Manusia tidak dapat bertobat dan mengalami pembaharuan jika terpisah dari Allah. Dari pengalaman telah diketahui bahwa semua usaha manusia untuk meng angkat dirinya dari statuspendosa menjadi orang benar tcnyata sia-sia, jika manusia tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Dalam khotbah di bukit Kristus berkata: "Siapakah di an tara kamu yang karena kekuatirannya .dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Jadi kita dapat simpulkan melalui observasi (pengamatan) bahwa "ditiadakannya sama sekali unsur-unsur antropomorftsme dalam konsep ilahi" (bah. Arab: TANZIH) menjadi penghalang bagi orang banyak untuk menerima konsep inkarnasi. Oleh sebab itu orang-orang seperti ini telah menolak unluk mendapat keuntungan-keuntungan yang ada di dahim penebusan. Untuk mempertahankan penolakan mereka terhadap inkarnasi, mereka mengemukakan beberapa keberatan, termasuk yang berikut:
Mereka katakan bahwa inkarnasi Allah membuat Allah mengalami peruhahan di dalam hakekal ilahi-Nya pada waklu dan tempat tertentu, dan dengan demikian mengukur Allah dengan ukuran menurut pemikiran yang tidak sempurna. Sesungguhnya mereka secara tidak langsung telah mengatakan bahwa Allah tidak mampu untuk berinkarnasi dan menampakkan Diri tanpa sama sekali merubah hakekat-Nya. Yang benar adalah bahwa inkarnasi tidak seharusnya disertai dengan perubahan dalam sifat ilahi-Nya. Sebagai bukti kami kemukakan bahwa Pribadi kedua dari ke-Allahan (bah. Arab: UQNUM), waktu Dia bergabung dengan sifal manusia tidak kehilangan keilahian-Nya, tetapi tetap Allah yang Mahakuasa, yang membangkitkan orang mati, mencelikkan orang buta dan menyembuhkan penderita kusta, mengampuni dosa clan menenangkan topan dan gelombang dengan perintah-Nya. Injil menceritakan kepada kita banwa Dia menampakkan diri sebagai manusia secara ajaib, karena Dia-lah pencipta tubuh dan sifat manusia, dan tidak sulit bagi Dia untuk menggabungkan diri dengan manusia. Setiap kepercayaan yang menyangkal ha-hal tersebut merupakan pengakuan bahwa yang menciptakan tubuh-tubuh dan sifat- sifat bukanAllah, tetapi sesuatu makhluk.
Kita tahu berdasarkan pengalaman bahwa setiap orang yang bijak dan wajar dapat menyesuaikan diri pada lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Betapa lebih logis bahwa Allah yang Maha bijaksana dan Maha kuasa dapat menjelma tanpa ada perubahan di dalam sifat ilahiNya !
Ingatlah bahwa matahari mengirim sinar dan panasnya ke bumi dan dalam bergabung dengan makhluk-makhluk lain di bumi, memberikan kehidupan pada mereka dan menolong mereka bertumbuh tanpa ada perubahan apapun dalam keadaan matahari itu. Apakah masuk di akal bahwa matahari mempunyai potensi untuk bergabung dengan unsur-unsur lain dan mempengaruhi unsur-unsur tersebut tanpa mengalami sesuatu perubahan, sedangkan Allah, Pencipta, matahari dan unsur- unsur itu, tidak mempunyai potensi demikian?
Anda percaya bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari "tanah kering, seperti tembikar" (surat Ar Rahman ayat 14). Ini berarti bahwa Allah berada pada satu waktu dan tempat tertentu, karena memegang dengan tangan-Nya tanah kering dari suatu tempat, dan dengan tanah kering itu Ia menciptakan manusia pada satu waktu tertentu. Jika anda katakan bahwa keberadaan-Nya pada s,uatu tempat tertentu dan pada suatu waktu tertentu tidak membatasi Dia karena Ia Maha kuasa, saya mau katakan bahwa penjelmaan pada waktu tertentu dan pada tempat tertentu juga tidak membatasi diri karena Ia Maha kuasa. Itulah sebabnya Krisfus mengatakan: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" (Lukas 18:27). '
Menurut tradisi, Muhammad mengatakan: "waktu orang-orang, percaya memohon syafaat Allah pada hari kebangkitan, mereka datang pada sayai dan saya pergi meminta bertemu dengan Allah di rumah-Nya yang telah diberikan pada saya. Ketika saya melihat Allah, saya tersungkur di hadapan-Nya" (Bukhari 4:18).
Di sini timbul satu pertanyaan: "Kenapa orang Kristen dituduh menghujat jika ia mengatakan bahwa Allah telah datang sebagai manusia, sedangkan tuduhan demikian tidak dilontarkan terhadap seseorang yang mengatakan bahwa Allah dibatasi dalam suatu rumah?".
Dalam Surat Al Hadid ayat 29 tertulis: "Karunia itu adalah dit angan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar". Surat Al Fath ayat 10 mengatakan: "Mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka". Di Surat Al Mulk ayat 1 tertulis: "Maha Suci Allah yang di tanganNya-lah segala kcrajaan, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu".
Di Surat Huud ayat 37 tertulis hahwa Allah berkala kepada Nuh: "Buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk WahyuKami". Di Surat Ath-Thuur ayat 48 tertulis bahwa Allah berkata kepada Muhammad: "Bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka scsungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami". Di Surat Thaha ayat 39 tertulis hahwa Allah berkata kepada Musa: "Ketika Kami mengilhami kepada ibumu yaitu: Letakkanlah ia di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia kesungai supaya diambil oleh musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari padaKu; dan supaya kamu di asuh di bawah pengawasan-Ku".
Menurut tradisi, Abu Hurairah mengutip ucapan Muhammad: "Allah menciptakan semesta alam dan ketika hubungan berdiri di pihak perempuan, mereka berpegang pada pinggang yang Maha pengasih" (Bukhari 3:114).
Semua kutipan-kutipan di atas mengatakan bahwa Allah mempunyai muka, mata dan pinggang, yang semuanya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. Jika inkarnasi Allah merupakan hujat, bagaimana menerangkan ayat-ayat tersebut tadi?
Bagaimana Allah yang Kudus tinggal di dalam rahim seorang wanila di tengah-tengah darah dan kenajisan dari bersalin? Dan bagaimana Ia dapat tinggal dalam tubuh manusia, makan dan merasa lapar, minum dan dahaga, buang air kecil dan buang air besar?
Barangkali mereka mengatakan demikian tidak mengerti pernyataan malaikat Allah: "Yang dikandung oleh Maria adalah dari Roh Kudus". Jika Allah terlalu kudus untuk bersentuhan dengan darah seorang wanila, bagaimana mereka percaya hahwa Allah mengambil suatu rusuk Adam dan membuat perempuan dari rusuk itu? Bagaimana mereka menjelaskan suatu ucapan yang menurut tradisi dari Nabi, dikutip oleh Aisya, yang mengatakan: "Nabi rebah pada dada saya selama masa haid saya dan mengaji" (Bukhari 1:44).
Jika darah memang kotor dan Al Qur'an Firman Allah yang abadi, berasal dari hakekat Allah yang tidak dapat dipisahkan dari Dia, bagaimana Muhammad dapal berbuat demikian, membaca Al Qur'an sambil rebah pada dada Aisya, dalam masa haidnya, namun Firman itu tidak boleh tinggal di dalam rahim Maria? Di Surat Al Hijr ayat 28 tertulis: "Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur berbau busuk". Jalalan menafsirkan lumpur ilu sebagai "lumpur hitam". Jika bersentuhan dengan lumpur hitam tidak dianggap mengurangi kekudusan Allah dan tidak menajiskan Dia, betapa lebih pantas lagi, setelah Allah menciptakan manusia dari lumpur hitam itu dan membuat dia menjadi Ciptaan-Nya yang tertinggi, Allah tidak akan menolak untuk tinggal di dalam manusia itu! Terpujilah Allah karena Firman-Nya melalui Rasul Paulus yang berkata: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Korintus 3:16). Jika Allah yang kudus berkenan untuk tinggal melalui Roh-Nya di dalam orang percaya, betapa lebih pantas lagi la tinggal di dalam tubuh Yesus yang tidak berdosa dan yang tidak dilahirkan oleh benih manusia?
Di surat Al Qashash ayat 29-30 tertulis : "Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung. Ia berkata' kepada keluarganya: "Tinggallah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari api itu atau suluh api agar kamu dapat menghangatkan badanmu". Maka tatkala Musa sampai ke api itu, diserulah dia dari pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu:"'Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Cerita yang sama diulangi di surat Thaha ayat 9-12: "Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggalah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit dari padanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu", Maka Ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "hai Musa, sesungguhuya Aku inilah Tuhanmu maka tanggalkanlah kedua termpahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa, Dan Aku telah memilih kamu, maka pengarkan1ah apa yang akan diwahyukan",
Peristiwa ini ditafsiikan oleh Iman Fakhruddin Arrazi sebagai berikut: "Musa, damai atas dia, mohon diri dari Shu'aib untuk kembali kepada ibunya, dan itu dikabulkan. Selelah dia berangkat, istrinya melahirkan seorang anak laki-Iaki di pinggir jalan pada malam sabtu yang dingin. la telah kesasar. Musa, damai atas dia, memukul batu api, tetapi batu api ilu tidak memercikkan api., Sewaktu dia terus berusaha, ia melihat api di kejauhan di sebelah kiri jalan". Menurut tradisi, Assaddi niengatakan: "Musa berpikir bahwa api itu dinyatakan oleh gembala-gembala". Orang-orang lain yang mengisahkan cerita itu mengatakan bahwa Musa melihatnya pada sebuah pohon. "Ketika ia melihatnya, ia menuju ke arah api itu dan berkata kepada keluarganya: "Tunggu ! Aku melihat api, mudah- mudahan aku dapat membawakan sesuluh api atau batu api". Ibn Abbas bercerita:"Ketika ia sampai ke tempat itu, ia melihat sebatang pohon yang hijau yang seakan-akan api putih, dari bawah sampai ke atas. Ia tercengang melihat terangnya api itu dan pohon yang hijau itu. Api itu tidak merubah pohon yang hijau itu, dan api itupun tidak dirubah oleh banyaknya air di dalam pohon ilu. Musa mendengar nyanyian puji-pujian para malaikat dan melihat terang yang gemerlap. Ketika musa melihatnya, ia menaruh tangannya di matanya, dan ia diseru dengan namanya: O Musa! Aku adalah Allahmu ". Ia dengan taat menjawab: Aku dengar suara-Mu tetapi tidak dapal melihat-Mu. Di mana Engkau'?" Ia (Allah) menjawab: Sesungguhnya Aku bersamamu, di depanmu, di belakangmu, di sckelilingmu, karena engkau berada di lembah yang suci" (Attafsir Al Kabir, jilid 22, hal.14-15).
Di dalam Alkitab peristiwa ilu diceritakan sebagai berikut: "Lalu malaikat Tuhan menampakkan diri kcpadanya (Musa) di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Dan Musa menyimpang untuk memeriksanya, (dan) Allah berseru dari tengah- tengah semak duri itu kepadanya ... (dan) berfirman kepadanya: "Janganlah datang dekat-dekat, tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus". (Keluaran 3:2-5).
Saudaraku yang terhormat ! Jika Allah, untuk berbicara kepada Musa dan mengutus dia untuk menyampaikan berita kepada manusia, berkenan untuk berada di tengah-tengah semak duri dan menampakkan diri dalam bentuk api, apakah adil untuk menuduh orangorang Kristen menghujat Allah karena mereka percaya bahwa Alah, untuk mengungkapkan diri-Nya dalam kasih, menampakkan dirinya sebagai Yesus Kristus? Apakah semak duri yang dari dalamnya Allah mcnampakkan diri, lebih berarti daripada Yesus Kristus '!
Sekarang saya jelaskan kepada anda, jika Yesus, selama sebagai manusia, makam, minum, dan mencernakan, hal itu tidak mengurangi kepenuhan ke-Allahan yang tinggal di dalam Dia sccara jasmaniah. Hal ini dilukiskan di dalam Alkitab scbagai berikut: "Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, hahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis (Roma 14:14).
Saudaraku ! Setiap orang yang merenungkan Alkitab secara mendalam, pasti melihat bahwa cara Allah mengungkapkan Dirinya dan mcnyampaikan maksud-maksud-Nya, adalah dengan cara menampakkan Diri dan inkarnasi. Bukanlah menjadi masalah apakah penampakkan dan inkarnasi itu terjadi di dalam awan, di dalam api, melalui tubuh Malaikat Perjanjian atau tunuh Kristus, yan di dalam diri-Nya Allah menampakkan diri dengan penuh kasih karunia dan kebenaran.
Dalam surat kepada orang Ibrani pasal I: 1-2, kita membaca pernyataan berikut, yang dianggap sebagai inti keterangan tentang hubungan Allah dengan manusia: "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada ncnek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. yang telah ditetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta". Berikut beberapa contoh tcntang cara Allah menampakkan diri dan berbicara kepada manusia, seperti tertulis di dalam Alkitab.
Kejadian 1:1-5 berkata: "Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik. Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat dua orang berdiri di depannya: Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah, serta berkata: Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini: biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kcmudian bolehlah tuan-tuan meneruskan, perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini"Jawab mereka:::Perbuatlah scperti yang engkau katakan itu". Di sini Allah menampakkan diri kepada Abraham dengan rupa manusia yang duduk, makan dan minum.
Kejadian 32:22-30 mengatakan bahwa Dia menampakkan diri kepada Yakub dalam rupa laki-laki dan bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing, dan waktu Dia meminta kepada Yakub untuk membiarkan dia pergi, Yakub berkata: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku", dan Dia memberkati Yakub: "... sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia dan engkau menang". Dan Yakub menamai tempat itu Pniel :
"Karena aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong".
Keluaran 24 mengatakan: "Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dad para tua-tua Israel. Lalu mereka melihat Allah Israel, kakiNya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam... dan kepada pemuka- pemuka orang Israel itu tidaklah diulurkan-Nya tangan-Nya"
Di sini Allah menampakkan diri sebagai laki-laki yang mempunyai tangan dan kaki, tetapi Ia tidak mengulurkan tangan-Nya kepada pemuka-pemuka itu karena mereka adalah orang-orang berdosa dan memerlukan seorang pengantara yang bersifat'seperti Allah dan seperti manusia.
"Apakah Allah yang Maha kasih itu tidak mampu untuk menyelamatkan manusia selain dengan cara mengutus Anak-Nya, dengan anggapan bahwa Allah mempunyai Anak sebagaiman anda katakan, dengan mengambil rupa seorang manusia, dicobai seperti kita dan dibunuh oleh orang-orang jahat ? "
S.A.
DAMASKUS,
SIRIA.
Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26). Dan Allah dimuliakanlah nama-Nya, bermaksud agar manusia tetap suci. Akan tetapi, manusia, didorong oleh keangkuhannya untuk melanggar perintah Allah, sengaja melanggar dan mengambil jalan sesat. Dengan demikian ia menjadi orang derdosa dan harus mengalami pengadilan Allah yang mengatakan: "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati" (Yehezkiel18:20). Rasul Paulus menunjuk kepada fakta ini ketika dia berkata: "Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia ini oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang; karena semua orang telah berbuat dosa" (Roma 5:12).
Firman Allah mengajarkan bahwa manusia, karena menolak untuk mengenal Allah, menjadi tidak taat seperti nenek moyangnya yang pertama. Dan sejak itu, manusia yang telah diciptakan oleh Allah dengan pengertian tentang yang benar dan kudus, telah kehilangan peta kebenaran dan kekudusan itu. Mereka jadi fasik atas kemauan mereka sendiri, seperti diungkapkan Salomo yang Bijak: "Lihatlah, Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih" (Pengkhotbah 7:29); itulah sebabnya Rasul Paulus berkata: "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucapsyukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran merek a ,menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh" (Roma1:21-22).
Seharusnya manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, dapat menghindar dari kebusukan dan hidup di dalam kesucian, jika dia selalu mengingat Allah. Allah bukan saja menciptakan kita dari yang tidak ada dan memberikan napas kehidupan kepada kita, tetapi Dia juga telah memberikan kepada kita kemampuan untuk hidup dalam persekutuan dengan Dia. Tetapi ketika manusia menjauhkan diri dari Allah dan menerima godaan setan, manusia menjadi binasa karena perbuatannya sendiri.
Apakah layak bagi Allah untuk membiarkan manusia itu, yang telah diciptakan-Nya menurut gambar dan peta-Nya, binasa untuk selama-Iamanya ? Apakah yang akan diperbuat oleh Sang Pencipta, yang adalah kebenaran dan yang kasih-Nya kekal untuk selama-lamanya? Apakah belas kasih-Nya akan membiarkan kebusukan menghapus gambar-Nya dari manusia? Apakah ke-ilahianNya yang mulia itu berkenan atas kebinasaan umat manusia yang telah diciptakan-Nya dalam keadaan sempurna ? Seandainya Ia membiarkan mereka dalam keadaan yang begitu celaka, apakah itu tidak merupakan ketidakpedulian ? Tetapi apakah ketidakpeduIian pantas bagi kemuliaan Allah yang kudus itu ? Sama sekali tidak ! Bukankah Dia telah berkata: “Demi Aku yang hidup,- demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup”, (Yehezkiel 33:11).
Memang benar bahwa Allah, oleh kasih-Nya yang berlimpah-limpah, menghendaki agar manusia diselamatkan. Dengan cara bagaimana? Apakah melalui pertobatan ? Tetapi pertobatan tidak dapat membatalkan penghakiman, dan sebagai konsekwensinya hukuman mati, karena pertobatan tidak memenuhi tuntutan keadilan Allah. Memang benar bahwa orang yang telah bertobat tidak akan lagi melakukan dosa, tetapi pertobatan itu sendiri tidak menghapus akibat dari dosa-dosa sebelumnya dan penghakiman Allah atasnya. Menghadapi kesulitan ini, kita akan bertanya kembali: "Apakah lagi yang dapat diperbuat Allah, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran " (I Timotius 2:4). Allah ingin membenarkan manusia untuk memulihkannya dari status binasa kepada status tidak dapat binasa, dan serentak dengan itu memenuhi tuntutan penghakiman ilahi. Ini sesuai dengan peraturan ilahi mengenai pengorbanan. Oleh sebab itu Logos (Firman) yang "Pada mu1anya bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah", Dia sajalah yang layak, berkat sifat-Nya sendiri, untuk mengerjakan regenerasi (pembaharuan) dari semua hal, dengan mengambil rupa manusia, dan memikul atas nama manusia, hukuman yang telah ditetapkan oleh penghakiman ilahi. Justru untuk itulah la turun ke dunia kita dan "telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemulian yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh karunia dan kebenaran " (Yohanes 1:14).
Sudah pasti, sejak dari semula, Firman itu telah menyiapkan diri-Nya untuk mengambil rupa manusia. Manusia Alah, Tertullian, menegaskan bahwa Kristus mempersiapkan diri-Nya untuk inkarnasi selama berabad-abad sebelum Dia menampakkan diri. Sesungguhnya setiap orang yang merenungkan isi Alkitab dapat melihat bahwa Tuhan Penebus itu adalah sebagai pengganti, yang dibisikkan ke telinga para nabi Allah di dalam Perjanjian Lama. Nubuat menyebut Dia melalui nabi Yeaya: "Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya seorang perempuan muda me ngandung dan akan melahirkart seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel ... yang berarti, Allah menyertai kita" (Yesaya 7:14 dan Matius1:23).
Kata-kata yang ilhamkan menyampaikan kepada kita bahwa : "Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan, dan takluk kepada hukum Taurat, untuk menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak" (Galatia 4:4-5).
lnjil penebusan menjelaskan pada kita bahwa seluruh umat manusia terancam hukuman mati yang tidak dapat dibatalkan kecuali oleh kematian Orang yang benar yang tidak pernah berdosa. Firman itu secara sukarela mengambil rupa seorang manusia, agar hukuman mati itu dapat dilaksanakan atas Dia mewakili semua orang percaya. Rahasia ini diungkapkan kepada kita oleh Rasul Paulus yang mengatakan: "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh " (Roma 8:1-4).
lni berarti bahwa Tuhan dan Penebus itu, dengan mempersembahkan tubuh penjelmaan-Nya sebagai korban bakaran yang tidak bercacat, meniadakan vonis hukum mati atas semua orang yang Dia selamatkan melalui pengorbanan-Nya itu. Dengan demikian, karena Dia lebih tinggi dari semua dan tanpa dosa, Ia dapat memenuhi tuntutan penghakiman ilahi.
Mungkin anda agak sulit untuk mengerti rahasia penebusan. Tetapi bila anda renungkan pengajaran Injil tentang kasih Allah dan belas kasih-Nya yang berlimpah-limpah, anda akan melihat bahwa karya seperti itu sesuai dengan belas kasih Allah yang telah diakui sebagai sifat-Nya. Di bawah ini dicantumkan beberapa ayat dari Perjanjian Baru yang telah ditulis dengan inspirasi Roh Kudus untuk pengajaran kita. Dengan mempelajarinya anda akan melihat betapa besar kasih Allah untuk menyelamatkan kita:
"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut " (Ibrani 2:14).
"Oleh kasih karunia kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuatnya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena la telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya" (Roma 3:24-25).
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-Iebih karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah" (Roma 5:8-9).
"la, yang tidak -inenyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin la tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32).
Bukti dari kitab para Nabi untuk Inkarnasi Ilahi.
"Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku: Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: 'Ini Aku, ini Aku kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku. Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri" (Yesaya.65:1-2). .
Ayat ini menunjuk kepada inkarnasi Yesus Kristus, karena Paulus mengutipnya ketika dia membicarakan pokok ini sebagai berikut: "Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku. Tetapi tentang Israel, Ia berkata: 'Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah' (Roma 10: 20-21). Memang Yesus yang telah mengulurkan tangah-Nya di kayu- salib.
"Mereka akan melihat kemuliaan Tuhan, semarak Allah kita. Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: 'Kuatkanlah hati, janganlah takut / Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu'. Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai" (Yesaya 35:2-6).
Nubuatan ini bukan saja menjelaskan bahwa Allah diam di sini, tetapi juga menyatakan tanda-tanda kedatangan-Nya dan melukiskan pekerjaan-Nya dengan tepat, seperti dikutip di dalam Injil, demikian: Yohanes Pembaptis memanggil dua orang dari antara murid-muridnya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: 'Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain? ' Dan Yesus menjawab mereka: 'Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku "(Lukas 7:19- 24).
Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan at as 'kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang Maha Kudus. Maka ketahuilah dan pahamilah: "Dari saat Firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa" (Daniel 9:24-25).
Nubuatan ini bukan saja menunjuk kepada Kristus, tetapi juga pernyataan bahwa orang yang akan diurapi itu bukan hanya manusia tetapi yang Maha Kudus. Sebenarnya ketika Yesus datang, nubuatan itu khusus terhadap umat Yahudi, yang tidak lagi merupakan monarkhi (kerajaan). Wajar untuk menduga bahwa raja-raja diurapi sampai tibanya pengurapan dari yang Maha Kudus. Yakub menubuatkan bahwa raja-raja Yahudi akan ada sampai datangnya Mesias sewaktu, Ia menyatakan: "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya; maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Kejadian 49: 1 OJ
"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu ya Allahku" (Mazmur40:7-9)
Jika kita bandingkan ayat-ayat ini dengan yang tertulis di Ibrani 10:6-10, kita melihat bahwa Mazmur yang agung ini berkenan sepenuhnya kepada Yesus. Tuhan kita yang mulia itu menyebut korban-korban dan persembahan-persembahan yang ada di dalam Perjanjian Lama seperti korban keselamatan, korban bakaran dan korban penghapus dosaj dan setelah mengevaluasinya, memberikan penilaian yang penuh hikmat: " Bukan itu yang diminta oleh yang Maha Tinggi".
Kitab suci mengungkapkan kepada kita bahwa dalam hikmat Allah yang kekal telah dipersiapkan suatu korban yang lebih baik. Ketika kita menundukkan kepala dalam penyembahan, Roh Kudus membawa kita kembali ke masa lalu yang kekal, dan tidak dapat kita pahami sepenuhnya karena keterbatasan kita, tetapi yang kita mengerti dari wahyu Allah di dalam Alkitab sehingga kita melihat dalam imajinasi ketiga Pribadi dari ke-Allahan (bah. Arab: AQANIM) melihat umat manusia yang akan diciptakan, dan dosa yang akan merasuk dunia, dan maut yang menyertainya; dan memutuskan bahwa harus dilakukan penebusan. Kita membayangkan Allah Anak menawarkan untuk menjadi korban dengan berkata: "Biarlah Aku pergi untuk menebus dunia yang telah murtad,
Demi seluruh umat manusia, Tuhan yang menjelma itu tidak puas bahwa rencana penebusan Allah itu hanya terbatas pada bangsa yang menganggap dirinya sebagai satu-satunya pewaris janji-janji Allah, tetapi menghendaki agar penebusan itu mencakup seluruh dunia.
Mungkin kita akan bertanya: Kenapa hukuman mati dijalani di kayu salib, dan tidak dengan cara lain?, sebagai jawaban, saya menyatakan bahwa Allah berkenan agar Dia sendiri menebus kita, dan tidak ada cara lain yang lebih baik bagi kita dan lebih layak bagi Tuhan. Sungguh baik bahwa Tuhan yang menjelma itu menanggung maut dengan cara ini demi kita. Karena jika Oia harus membenarkan kita dari dosa yang menindih kita oleh hukum Taurat, dengan cara mana lagi Dia dapat menjadi dosa karena kita, sekiranya Dia tidak mati memikul dosa kita di kayu salib?
Dan jika kematian Tuhan yang berinkarnasi itu menjadi penebusan bagi semua manusia, dan melalui kematian-Nya tembok pemisah dirubuhkan, yakni perseteruan (Efesus 2:14) sehingga seruan itu berlaku bagi segala bangsa, apakah ada keinungkinan kita dipanggil untuk didamaikan dengan Allah, seandainya Dia tidak disalibkan? Syukur kepada Dia bahwa itulah kehendakNya dan bahwa Dia bersedia untuk menanggung kematian yang hina itu, dan mengulurkan kedua tangan-Nya di kayu salib untuk menarik orang-orang kudus dari Perjanjian Lama dengan satu tangan, dan dengan tangan yang lain menarik mereka dari bangsa-bangsa bukan Yahudi agar semuanya disatukan di dalam diri-Nya yang mulia, seperti yang dikatakan-Nya: "Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu (Yohanes 12:32).
Apakah Allah Telah Datang Sebagai Manusia ?
Bila Anda telah membaca buku ini dengan teliti, Anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Kenapa manusid tidak mampu untuk jadi baik dan sempuma dengan usahanya sendiri ?
Apakah. satu-satunya cara untuk didamaikan dengan Allah ?
Apakah tiga bukti-bukti yang disebut bahwa manusia sungguh- sungguh adalah orang berdosa ?
Apakah Allah menghendaki agar kita tetap tinggal dalam dosa ? dan Apakah jalan keselamatan bagi kita ?
Apakah kerinduan yang terdalam di dalam hati manusia ?
Dengan cara apa manusia dapat diangkat menjadi setingkat dengan Allah ?
Apakah syarat-syarat utama bagi s,eorang , peng- antara antara kita dengan Allah?
Dengan cara bagailnana syarat-syarat yang diperlukan untuk seorang pengantara ilahi digenapi di dalam Kristus ?
Apakah dua unsur yang menandakan sejahtera yang sempurna bagi manusia ?
Bagaimana reaksi Yesus terhadap penangkapan-Nya oleh musuh- musuh-Nya ?
Dengan cam bagaimana kemenangan Kristus menjadi jelas ?
Apakah akibat dari, kematian kebangkitan Kristus ?
Bagaimana dunia diyakinkan tentang keilahian Kristus ?
Dengan cara bagaimana kehidupan manusia dapat dirubah pada akarnya ?
Menurut Alkitab, sifat-sifat apa yang ada pada Kristus ?
Apakah di dalam Islam ada hubunganan antara Pencipta dan ciptaan-ciptaanNya ?
Cara bagaimana tradisi Nabi menyatakan adanya hubungan langsung antara Allah dan umat manusia ?
Apa yang dikatakan tradisi Nabi tentang Allah turun setiap malam ?
Bagaimana anda membuktikan bahwa inkarnasi Allah tidak merubah hakekat kuasa Allah' ?
Apakah 'Allah dapat berinkanasi dan melaksanakan kehendakNya ?
Apakah arli. ayat menurut tradisi Nabi bahwa Allah dibatasi di dalam suatu rumah ?
Cara bagaimana Roh Kudus berdiam di dalam rahim wanita ?
Apakah makna dan Allah menampakkan diri kepada Musa di dalam semak duri yang menyala ?
Bagaimana dengan Allah bersentuhan dengan zat-zat duniawi di dalam ungkapan-ungkapan-Nya, tanpa dinajiskan ? Apakah itu bukan pertanda bahwa Allah dapat menjelma tanpa menderita kerugian ?
Cara bagaimana manusia kehilangan gambar Allah?
Apakah masuk di akal untuk menganggap bahwa Allah akan membiarkan ciptaan-Nya tetap fasik ?
Kenapa dengan pertobatan manusia saja tidak cukup untuk diselamatkan ?
Apakah bukti-bukti di dalam kitab-kitab para nabi dan inkamasi Tuhan Yesus ?
Korban apakah yang paling berkenan kepada Allah?
Apakah tujuan Yesus dengan karya penebusan-Nya untuk menebus seluruh umat manusia atau hanya orang-orang Yahudi ?
Kirimkanlah jawaban Anda bersama nama dan alamat Anda yang jelas dan lengkap, pada alamat di bawah ini
Tekan di sini untuk kirim jawaban Anda lewat email atau alamatkan surat Anda kepada:
The Good Way
P.O. BOX 66
CH-8486 Rikon
Switzerland
www.the-good-way.com/id/contact/